KULINER

Tembagapura Kota “Negeri di Awan”

Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi

Sudah dua pekan media massa cetak, elektronik dan online mengabarkan peristiwa yang terjadi di Tembagapura, Papua. Berita yang dilansir, sejak awal Maret 2020 Tembagapura memanas, terjadi baku tembak antara KKB (kelompok kriminal bersenjata) dengan anggota Polri dan TNI yang menjaga keamanan di kota pertambangan tersebut.

Akibat konflik bersenjata tersebut, warga di sana pun memilih mengungsi. Kantor berita Antara dengan mengutip keterangan Wakil Bupati Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob, menyebutkan ada empat kampung di sekitar Kota Tembagapura kini telah kosong setelah seluruh warganya dievakuasi ke Timika. Ribuan warga mengungsi ke tempat aman.

Apa yang terjadi di Tembagapura tersebut mengingatkan saya saat menjejakkan kaki di kota tertinggi di Indonesia. Letak kota Tembagapura, tepatnya adalah salah kecamatan dalam wilayah Kabupaten Mimika tersebut berada pada ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Untuk mencapai Tembagapura tidak mudah. Tidak setiap orang bisa berkunjung apa lagi berwisata ke kota yang namanya diberikan Presiden Soeharto. Pada 1973 Presiden Soeharto berkunjung ke Irian Jaya sebelum bernama Papua, untuk meresmikan beroperasinya tambang Ertsbert oleh PT Freeport Indonesia Incoporated.

Tembagapura yang indah dan elok tidak termasuk dalam daftar destinasi wisata Indonesia. Bagi yang ingin berkunjung ke sana harus memenuhi sejumlah prosedur, seperti mengajukan permohonan atau proposal ke kantor PT Freeport Indonesia di Jakarta.

Tidak semua permohonan akan disetujui, jika disetujui manajemen PT Freeport Indonesia (PTFI) berarti itu sebuah keberuntungan. Kalau disetujui, semuanya akan ditanggung perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut. Bagi mereka yang disetujui keberangkatannya diatur dalam rombongan bukan sendiri-sendiri.

Kota Tembagapura atau Kecamatan Tembagapura adalah sebuah distrik setingkat kecamatan yang terletak di Kabupaten Mimika, Papua. Kota ini dibangun PT Freeport Indonesia untuk mendukung aktivitas pertambangan di sana. Tembagapura lebih tepat disebut sebagai kota tambang yang berada bak “negeri di awan.” Hampir setiap hari kabut menyapa kota ini, tidak pagi atau siang hari. Di kecamatan Tembagapura terdapat dua gunung, yang merupakan kawasan tambang yang dioperasikan PT Freeport Indonesia, yaitu Gunung Ertsberg dan Gunung Grasberg.

Mencapai Tembagapura bisa dengan perjalanan dari Jakarta ke Timika dengan menggunakan penerbangan. Penerbangan dari bandara Soekarno – Hatta hampir menjelang tengah malam dengan menggunakan pesawat maskapai Airfast. Maskapai ini setiap hari terbang membawa penumpangnya yang sebagian besar karyawan PT Freeport Indonesia dari Timika ke Jakarta, Makassar, Surabaya atau Denpasar.

Pesawat setelah lepas landas dari Soekarno-Hatta singgah atau transit di bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Malam itu terbang dengan pesawat jenis MD 82, butuh waktu sekitar lima jam sampai di Bumi Cendrawasih. Pagi waktu Indonesia bagian timur atau WIT pesawat mendarat mulus di landasan bandara Mozes Kilangin yang ada di Timika. Walau mata masih terasa berat karena kantuk masih menggantung, namun rasa kantuk itu sesaat harus dikalahkan demi tahu dan kenal Papua yang indah.

Lihat Juga  Stimulus Wisata Domestik di Era New Normal

Bandara Mozes Kilangin yang dibangun 1970 merupakan bandara internasional untuk penerbangan dari dan ke wilayah proyek PT Freeport Indonesia. Bandara ini memiliki panjang landasan 2.390 meter dengan lebar 45 meter. Pada 2008 baru dibuka untuk umum. Bandara Mozes Kilangin memiliki fasilitas yang modern dan lengkap.

Setelah istirahat sejenak di bandara, perjalanan masih akan diteruskan ke Tembagapura. Ada dua pilihan ke sana, dengan perjalanan darat menggunakan bus atau terbang dengan chopper. Jika menggunakan bus harus melewati medan dan jalan yang cukup ekstrim, jika perjalanan lancar Tembagapura bisa ditempuh dengan waktu sekitar dua jam.

Perjalanan kali ini berkesempatan naik chopper. Kalau dalam ilmu sejarah, chopper adalah istilah yang dilekatkan atau nama kapak dari batu. Namun chopper di Papua adalah alat transportasi domestik paling mahal, terbang dari bandara Mozes Kilangin ke Tembagapura hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk mendarat di Heliport Aing Bugin.

Chopper adalah sebutan masyarakat di Timika atau karyawan Freeport untuk alat transportasi jenis helikopter dengan kapasitas angkut lebih besar dari helikopter pada umumnya. Mampu membawa 30 orang berikut awak dan kru untuk satu kali penerbangan.

Walau terbang dalam waktu yang singkat namun bukan jaminan bisa terbang secara terjadwal. Chopper bisa stand by setiap hari namun penerbangan dari dan ke Tembagapura amat tergantung pada cuaca. Cuaca bisa berubah secara ekstrem setiap waktu. Beruntung pagi itu cuaca cerah dan penerbangan ke Tembagapura bisa dengan lancar. Terbang di atas ketinggian hutan dan pegunungan Papua di bawah terlihat hijau dengan puncak penggunungan yang menjulang. Di sudut lain di kejauhan ada terlihat kabut tebal.

Mendarat di Heliport Aing Bugin yang terletak Mile 66 perjalanan dilanjutkan dengan bus menuju guest house untuk beristirahat di tengah udara Tembagapura yang pagi itu sangat dingin. Guest house-nya memiliki fasilitas layak standar hotel berbintang.

Jika berkunjung kita ini jangan lupa membawa perlengkapan jaket tebal untuk menghangatkan tubuh. Suhu di Tembagapura berkisar 5 – 20 derajat celcius. Di kota ini matahari kerap bersinar “malu-malu” karena selalu tertutup awan dan kabut serta hujan.

Kota Tembagapura memiliki topografi perbukitan yang cukup terjal maka tak heran jika jalanan berkelok-kelok dan ergelombang. Namun Tembagpura adalah kota yang rapi dan teratur. Desain dan tata kotanya seperti kota-kota di negara maju dengan pemandangan susunan bangun perumahan sampai barak yang menjadi tempat tinggal para karyawan PT Freeport Indonesia.

Lihat Juga  Musi Banyuasin Tuan Rumah Pergelaran Malam API 2021

Perumahaan diperuntukkan bagi karyawan yang berkeluarga dan karyawan lajang. Tipe perumahannya mulai dari tipe 54 sampai tipe 250. Barak diperuntukkan karyawan staf dan bukan staf status lajang dan status berkeluarga yang tidak membawa anggota keluarganya ke Tembagapura.

Selain di Tembagapura yang terletak di Mile 68 yang menjadi tempat tinggal sebagian besar karyawan PT Freeport Indonesia, juga ada komplek perumahaan Hidden Valley atau Aing Bugin yang terletak di Mile 66, sekitar tiga kilometer ke arah Selatan Tembagapura.

Di Hidden Valley ada rumah tipe apartemen dan tipe rumah kopel. Perumahan di kawasan ini arsitektur bangunan berciri menyudut yang artistik dan penataan bangunannya membentuk kota kecil yang teratur dan asri. Di sini juga menjadi tempat tinggal karyawan staf yang membawa keluarganya.

Dengan kota yang tertata rapi, di Tembagapura juga fasilitas sosial dan fasilitas umum yang lengkap. Ada pusat perbelanjaan dan kafe, toko, restoran, salon kecantikan dan bank. Juga tersedia fasilitas olahraga seperti kolam renang air hangat di kawasan Bukit Pelangi, lapangan sepak bola sampai tempat kebugaran.

Selain itu di Ridge Camp atau Mile 72 tempat perumahan bagi karyawan lajang tersedia ruang makan bagi karyawan, juga ada restoran dan bar yang diberi nama Lelah Lupa Club (LLC) juga ada Rumah Makan Nusantara yang dikelola Koperasi PTFI (Kokafri).

Untuk transportasi di Tembagapura PTFI menyediakan bus untuk karyawan dan tamu yang berkunjung ke Tembagapura. Bus ini gratis. Bus di Tembagapura adalah alat transportasi darat yang menunjang aktivitas tambang dan transportasi sehari-hari warganya.

Lazimnya sebuah kota, di Tembagapura moda transportasinya adalah kendaraan roda empat jenis bus yang disediakan PTFI, ada bus kerja yang digunakan untuk mengangkut karyawan ke dan dari daerah tambang. Juga ada bus cuti mingguan yang libur mingguan (Schedule Day Off/ SDO) ke dan dari Timika. Kemudian ada bus cuti yang khusus mengangkut karyawan ke dan dari bandara, bus sekolah yang mengangkut anak-anak sekolah dan bus kota dengan trayek perjalanannya di dalam kota. Bus di Tembagapura besar-besar.

Di Tembagapura juga ada fasilitas ibadah masjid dan gereja. Masjid dan gereja di Tembagapura masing-masing ada dua. Masjid Darussa’adah menjadi masjid terbesar dan ada mushala Al Munawwarah berdiri di Hidden Valley. PTFI juga menyediakan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit yang lengkap dengan fasilitas gawat darurat, rawat inap, perawatan gigi dan laboratorium radiologi.

Tembagapura memang kota dengan keindahan alam di bumi Papua. Ada kabut, ada hujan, ada awan, ada sungai, ada hutan semuanya berpadu indah dan elok di bumi Cendrawasih.

Editor : MA

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button