Bisnis

Dodi dan Karet

Oleh : Maspril Aries
Penggiat Kaki Bukit Literasi

Tidak cukup dengan pencitraan, mengetuk pintu rumah tangga petani karet dengan mengantar paket sembako ke depan pintu rumahnya.

Jadi seorang pemimpin seperti kepala daerah tidak cukup hanya merakyat yang yang bermuara pencitraan. Seorang kepala daerah tidak hanya sekedar berkunjung ke pasar tradisionil, tetapi juga harus seorang yang inovatif.

Di negeri ini banyak kepala daerah yang inovatif dan kreatif. Inovatif dalam gagasan dan kaya ide untuk membangun daerahnya, daya berpikir inovatif dan kreatif jangan cuma mengandalkan pemikiran staf untuk menutupi kelemahan diri, tapi harus lahir dari seorang kepala daerah.

Salah itu ide inovatif yang mendapat apresiasi lahir dari kepala daerah Bupati Musi Banyuasin (Muba) Dodi Reza Alex yang menerapkan pembangunan jalan di daerahnya menggunakan bahan baku aspal karet. Teknologi aspal karet memang bukan lahir dari temuan Bupati Dodi Reza Alex, melainkan dari para pakar khususnya mereka yang ada di Pusat Penelitian Karet yang ada di Bogor. Namun Dodi mampu mengimplementasi teknologi tersebut sebagai sebuah ide inovatif yang diterapkan di Muba.

Pada 8 Juli 2020 Bupati Dodi Reza Alex tampil secara virtual dalam penjurian Pemilihan Kepala Daerah Inovatif 2020 se-Sumatera Selatan yang diikuti 17 kepala daerah dari 17 kabupaten/kota. Pemilihan Kepala Daerah Inovatif 2020 diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan dewan juri Matheos Tan dari Kepala Balitbang Kemendagri, Ekowati Retnaningsih (Kepala Balitbangda Sumatera Selatan) Didik Susetyo (Guru besar FE Universitas Sriwijaya) Azwar Agus (Rektor Universitas Taman Siswa).

Salah seorang juri Didik Susetyo menyebutkan terobosan inovasi Bupati Muba Dodi Reza Reza melalui program jalan aspal karet sangat baik sekali dalam upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi petani karet.

“Saat ini daya jual karet sangat anjlok, dan inovasi serta upaya Bupati Muba dalam menstabilkan perekonomian petani karet melalui program inovasi aspal karet menjadi harapan baru yang nyata. Ini menjadi pilot project daerah yang telah mengimplementasikan inovasi yang berbasis komoditas,” kata staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri).

Menurut Didik Susetyo, sudah terbukti melalui terobosan inovasi program jalan aspal karet yang tentu berdampak positif untuk perekonomian petani karet dan kemantapan infrastruktur jalan.

Program inovasi aspal karet di Muba sudah disampaikan Bupati Muba Dodi Reza Alex kepada Presiden Joko Widodo sejak dua tahun lalu. Pada pertemuan Presiden Joko Widodo dengan sejumlah kepala daerah di Istana Bogor pada 31 Juli 2018, Dodi menyampaikan program replanting (peremajaan) karet rakyat dan program penggunaan aspal bercampur karet sebagai upaya untuk mendongkrak harga karet dan menstabilkan harga karet. “Jika program ini berhasil diterapkan di seluruh Indonesia maka harga karet bisa stabil dan petani karet bisa tertolong,” katanya.

FOTO : Dinas Kominfo Muba

Dodi pun merelealisasikan program aspal karet tersebut pada Oktober 2018 dengan inovasi pembangunan infrastruktur jalan aspal karet di Desa Mulyorejo B4 Kecamatan Sungai Lilin. Atas keberhasilan inovasi tersebut Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin mendapat reward dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dana sebesar Rp20 miliar.

Bagaimana tanggapan Presiden Joko Widodo terhadap program penggunaan aspal bercampur karet? Saat bertemu petani karet di perkebunan rakyat Desa Lalang Sembawa, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, pada Maret 2019, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuldjono menggunakan aspal bercampur karet dalam pembangunan jalan. Perintah ini berlaku untuk pembangunan jalan di seluruh provinsi di Tanah Air.

Lihat Juga  Sidang Promosi Doktor Dodi Reza Alex Dihadiri Ketua Ombudsman RI

Menurut Presiden Jokowi, berdasarkan laporan yang diterimanya, hasil pembangunan jalan menggunakan aspal bercampur karet sangat bagus. Selain tak mudah rusak, juga dapat mengurangi kebisingan jalan raya.

Petani Karet

Lupakan sejenak cerita inovasi Bupati Dodi yang sukses tersebut. Mari melihat kehidupan petani karet di Sumatera Selatan (Sumsel) atau di Muba. Perkebunan karet alam di Sumatera Selatan sangat strategis, sejak 2014 Sumsel telah menjadi daerah penghasil utama karet alam di Indonesia dengan total produksi 576.676 ton atau 35,66 persen dari produksi karet Indonesia.

Data Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel tahun 2014 mencatat kontribusi karet alam terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan lima tahun lalu telah mencapai Rp 2.861 juta atau 9,07 persen dari total PDRB dan dari produksi karet tersebut sebanyak 62 persen diekspor yang merupakan masukan devisa negara sebesar US $280,4 juta (34 persen) dari ekspor Sumsel juga sebagai sumber kebutuhan hidup sekitar 429.846 KK atau sekitar 2 juta penduduk Sumatera Selatan.

Tahun 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel dalam buku “Provinsi Sumatera Selatan dalam Angka 2020” mencatat tahun 2019 luas areal perkebunan karet 1.305.699 ha yang tersebar pada 17 kabupaten dan kota. Areal tanaman karet terluas berada di Kabupaten Muba dengan luas mencapai 211.725 ha.

Menurut BPS Muba dalam “Musi Banyuasin dalam Angka 2020” mencatat luas panen perkebunan karet pada 2019 adalah 217.422 ha yang tersebar di 15 kecamatan. Dari luas tersebut 138.161 ha adalah kebun karet yang menghasilkan/ berproduksi, 55.905 ha belum menghasilkan dan seluas 23.356 ha merupakan karet tua/ rusak. Dari seluruh luas tanaman karet di Muba tersebut, 90 persen merupakan kebun karet rakyat.

Indonesia sendiri saat ini adalah salah satu negara penghasil karet di dunia dan menguasai produk karet dunia yang produksinya mampu mengalahkan negara-negara penghasil karet di Amerika Latin. Karet adalah komoditi perkebunan yang memiliki peran sangat besar dalam bidang perekonomian. Karet di Indonesia diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara, sampai rakyat atau petani yang disebut karet rakyat.

Rakyat atau petani karet rakyat mengusahakan tanaman karet sebagai tanaman utama dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani karet rakyat. Petani karet rakyat melakukan usaha tani dengan harapan bisa memperoleh setiap rupiah dari yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani sekaligus mengharapkan peningkatan kesejahteraan.

Namun masih banyak ditemukan petani karet rakyat di Indonesia masih belum mampu melepaskan diri dari lilitan kemiskinan. Masih sering ditemukan keluhan mereka akibat anjloknya harga karet.

Sudah banyak penelitian menyebutkan, bahwa kemiskinan pada petani karet rakyat karena kurangnya pengetahuan petani karet dalam sistem pengolahan lahan dan pemeliharaan tanaman karet. Ada yang menyatakan, kemiskinan petani karet rakyat termasuk dalam kemiskinan absolut, yaitu kondisi dimana petani karet rakyat memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan yaitu 2- 3 juta/ tahun atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

Lihat Juga  “Replanting” Sawit di Muba Hasilkan 1.000 Ton TBS

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan pada petani karet rakyat, seperti luas lahan olahan, sistem olah lahan atau teknologi yang digunakan dan cara pemeliharaan tanaman, rendahnya pendapatan dan tingginya tanggungan rata-rata keluarga, kemudian masalah kualitas sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya keterampilan dalam mengolah tanaman karet.

Seorang kepala daerah yang memiliki visi dan inovasi akan berpikir untuk mengatasi kondisi yang melanda petani karet rakyat di daerahnya. Tidak cukup dengan pencitraan, mengetuk pintu rumah tangga petani karet dengan mengantar paket sembako ke depan pintu rumahnya.

Teknologi aspal bercampur bahan karet adalah untuk membantu agar harga karet rakyat tetap stabil saat harga karet pasar internasional anjok. Tidak cukup sebatas aspal karet, Bupati Dodi Reza Alex juga melakukan terobosan dengan menggandeng Balai Penelitian Teknologi Karet atau Pusat Penelitian Karet di Bogor.

Bekerjasama dengan Pusat Penelitian Karet dan PT Jaya Trade Indonesia, Bupati Dodi Reza Alex ingin mendirikan pabrik pengolahan aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi di Kabupaten Muba. Namun rencana tersebut terhambat akibat pandemi virus Corona.

Menurutnya, pendirian pabrik pengolahan aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi ini juga bagian upaya untuk meningkatkan harga karet di kalangan petani. “Dengan adanya pabrik pengolahan aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi tersebut juga merupakan upaya untuk menggencarkan kelanjutan inovasi pembangunan jalan aspal karet,” katanya.

Setelah sukses dengan inovasi dan teknologi aspal bercampur karet, masalah berikutnya yang perlu menjadi perhatian adalah peremajaan tanaman karet rakyat. Bagi Kabupaten Muba peremajaan tanaman perkebunan seperti karet dan kelapa sawit tentu bukan masalah mengingat Muba menjadi daerah pertama untuk program peremajaan atau replanting kelapa sawit.

Presiden Joko Widodo pada 13 Oktober 2017 telah meresmikan dimulainya peremajaan 4.446 hektare kelapa sawit rakyat di Muba yang dipusatkan Desa Panca Tunggal, Simpang C5, Kecamatan Sungai Lilin. Peremajaan kelapa sawit yang didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit adalah proyek percontohan nasional yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit. Program peremajaan ini dijuga rencanakan panen perdana pada pertengahan 2020, lagi-lagi pandemi Covid-19 membuat rencana tersebut tertunda.

Sukses dengan peremajaan kelapa sawit maka sudah saatnya diprogramkan peremajaan tanaman karet rakyat yang telah tua atau rusak. Manfaat peremajaan karet kelak akan dirasakan oleh petani dengan adanya peningkatan produktivitas dan diikuti dengan meningkatnya pendapatan petani.

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa peremajaan dilakukan ketika produktivitas karet yang dihasilkan rendah yaitu sekitar 400-500 kg/ha/tahun. Juga dilakukan saat harga pokok karet kering saat berada pada harga yang rendah, karena harga yang rendah membuat produksi karet tidak ekonomis lagi bagi petani.

Dalam melaksanakan peremajaan tanaman karet tentu harus diperhatikan masalah kehilangan pendapatan sementara (temporary loss income) oleh rumah tangga perkebunan karet rakyat. Untuk mengatasi masalah ini ada banyak model yang bisa diadopsi kepada para petani karet.

Seperti dengan budidaya tanaman pangan di bawah tegakan karet replanting sehingga dapat menjadi alternatif sumber pendapatan dalam menghadapi temporary loss income tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang kepala daerah yang cerdas dan inovatif tentu sudah mempersiapkan solusi terbaik dari setiap ide yang direncanakanya. 𝞨𝞨

Editor : MA

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button