Zaanse Schans Desa Berkincir Angin
Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi
Berkeliling Desa Zaanse Schan bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Bisa juga dengan menaiki kapal wisata atau cruises.
Saat masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) di ranah Minang masih banyak dijumpai kincir air yang rodanya diputar oleh aliran air dan diberinama lesung kincir air, karena berfungsi untuk menumbuk padi menjadi beras atau menumbuk biji kopi menjadi kopi bubuk. Atau beras menjadi tepung.
Sekarang masih adakah di nagari-nagari di Minangkabau bisa dijumpai dengan mudah lesung kincir air tersebut? Seiring perjalanan waktu tradisi menumbuk beras dengan menggunakan kincir atau lesung kincir air telah tersingkir dan diganti oleh mesin penggiling padi atau rice mill dan kerap disebut mesin huller.
Andai saja kincir air tersebut masih dan masih berfungsi serta dilestarikan, mungkin kincir-kincir air di Minangkabau tersebut akan menjadi destinasi wisata yang menarik bagi para wisatawan atau pelancong yang datang ke Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) seperti para wisatawan yang datang ke sebuah desa di negeri Belanda hanya untuk melihat dari dekat kincir angin yang menjadi ikon dari negara tersebut.
Wisatawan itu datang bersama-sama atau sendiri-sendiri ke Desa Zaanse Schans untuk melihat kincir angin berputar dan berkeliling melihat keindahan desa yang letaknya berjarak sekitar 22 km dari Amsterdam. Desa berada di Provinsi Belanda Utara (Province North Holland) dan merupakan kawasan wisata yang dilestarikan dan dilindungi oleh pemerintah setempat.
Berangkat dari Hotel Park Plaza Amsterdam di Melbournestraat 1 yang tak jauh dari Bandara Schiphol setelah sarapan pagi, tak butuh waktu lama, tak sampai 30 menit di dalam bus, kaki sudah turun dari bus melangkah menuju Desa Zaanse Schans. Untuk masuk ke kawasan wisata Zaanse Schans tidak perlu merogoh kantong untuk mengeluarkan Euro, gratis kok. Kalau anda ingin melihat kincir angin bekerja dengan masuk ke rumah kincir harus membayar harga tiket 5 Euro.
Di Belanda kincir angin selain bisa dilihat di Desa Zaanse Schans, juga ada di Desa Kinderdijk yang terletak di Alblasserwaard, Provinsi Belanda Selatan (Province South Holland). Desa Kinderdijk terletak sekitar 15 km dari Rotterdam bukan Amsterdam. Jika dari Amsterdam jaraknya sekitar 100 km.
Belanda adalah negara di Eropa yang khas dengan bunga tulip dan kincir angin. Seperti kita kerap menyebut negara Jepang sebagai negeri sakura. Maka negara Belanda identik dengan negeri tulip atau kincir angin. Di Belanda, kincir angin sudah ada sejak lama.
Alkisah, di Belanda kincir angin merupakan warisan budaya yang sudah ada sejak ratusan tahun dan sampai kini kmasih tersia, masih bisa dilihat, masih bisa dijumpai, dilestarikan dan menjadi destinasi wisata yang mempesona.
Syahdan dulu kala, Belanda atau Nederland atau Holland dikenal sebagai negara yang wilayahnya lebih rendah dari permukaan laut. Lalu kincir angin awal keberadaannya sekitar abad 13 digunakan untuk mendorong air ke lautan agar terbentuk daratan baru. Kemudian dalam perkembangannya kincir angin berfungsi untuk membantu di bidang pertanian dan industri
Kincir angin digunakan menggerakkan alat yang memotong kayu, dan meremukkan biji gandum atau biji jagung, ada yang menjadi sumber energi listrik. Ada cerita yang berkembang, pada Perang Dunia II, posisi kincir pada bangunan kincir angin digunakan untuk menyampaikan pesan rahasia yang hanya dimengerti penduduk lokal.
Kawasan wisata Zaanse Schans terletak di wilayah pemerintahan Zaanstad dengan ibu kotanya Zaandam. Zandam dikenal sebagai kota industri pertama di Eropa. Letak Zaanse Schan berada di kota Zaandijk yang berdekatan dengan Zaandam. Zaanse Schans adalah sebuah desa yang dirancang oleh arsitek Jaap Schiper tahun 1946.
Zaanse Schans termasuk kawasan Old Holland dan titik anchor dari European Route of Industrial Heritage (ERIH). Jumlah kincir angin di Belanda konon dulu berjumlah mencapai 10.000 unit kincir angin. Seiring waktu jumlah itu terus berkurang sekarang diperkirakan jumlah kurang lebih sekitar 1.000 unit kincir angin. Kini di kawasan wisata Zaanse Schans juga berdiri beberapa museum diantaranya, Museum Rumah Penenun, Koperasi, Rumah Jisper, Zaan Time Museum, Albert Heijn Museum Shop, dan Bakery Museum.
Berkeliling Desa Zaanse Schan bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Bisa juga dengan menaiki kapal wisata atau cruises. Menyusuri dengan cruises tentu tidak gratis. Bisa juga dengan menyewa sepeda yang tarif lumayan mahal sebesar 5 Euro perjama, untuk satu jam berikutnya 3 Euro. Sekarang kurs Euro terhadap mata uang Rupiah, 1 Euro = Rp17.279, berarti untuk satu jam bersepeda di Zaanse Schan harus membayar sampai Rp86.000 lebih sedikit.
Sungai Zaan dengan airnya yang biru dan jernih terlihat seperti hamparan danau yang luas. Di sekitar tepian sungai berdiri rumah warga berasitektur kuno (Oud Zaandijk). Bangunan tersebut rumah kayu tradisional Belanda yang sudah berumur ratusan tahun, dinding rumah warna hijau yang menjadi ciri khas rumah warga di wilayah Zaandstad.
Di sepanjang sungai Zaan dulu berdiri ribuan kincir angin berukuran besar dan kecil. Kini yang tersisa dan masih berdiri kokoh tinggal 6 kincir angin yaitu De Huisman (pembuatan makanan saus mustard), De Kat (pembuatan cat), De Gekroonde Poelenburg & Jonge Schaap (penggergajian kayu), De Zoeker & De Bonte Hen (pembuatan minyak). Dua kincir angin kecil, yaitu De Windhond (pengasah batu) dan De Hadel (menguras air).
Keindahan Zaanse Schans adalah keindahan khas pesona alam desa-desa di kawasan Eropa Barat. Juga ada hamparan luas daerah pertanian dan peternakan. Di tengah semua keindahan itu di Zaanse Schans juga bisa ditemui adanya satu kegiatan yang khas, yaitu pembuatan produk tradisonal Belanda berupa sepatu kayu, jika di Indonesia seperti bakiak (terompah kayu) ada juga yang menyebutnya klompen. Di sana ada pabrik sepatu kayu di The Wooden Shoe Workshop the Zaanse Schans, di pabrik ini bisa melihat bagaimana sepatu kayu dengan bentuknya unik dan lucu dibuat.
Sepatu kayu khas Belanda pada masa digunakan para petani untuk bekerja. Juga pernah digunakan para pemuda di sana untuk melamar gadis pujaan idaman hatinya. Sepatu kayu dengan motif menarik diberikan kepada sang gadis yang akan dipinang.
Jika berminat ingin membawa sepatu kayu dari Desa Zaanse Schans ke tanah air bisa dibeli dengan harga yang lumayan bervariasi sesuai ukuran dan motifnya. Harganya berkisar dari 10 – 20 Euro. Kalau tidak ingin membeli karena akan memperberat isi koper saja, bisa diganti dengan berfoto atau swafoto di depan pajangan sepatu yang warna-warni atau di atas sepatu kayu raksasa yang dipajang di luar pabrik
Selain sepatu kayu, Belanda yang juga identik dengan keju, di Zaanse Schans juga ada pabrik pembuatan keju yang bisa dikunjungi. Pabrik keju De Catherine Hoeve selain membuat keju juga sekaligus menjadi toko yang menjual keju. Di sini bisa melihat langsung bagaimana cara pembuatan keju dengan bermacam jenisnya. Jika ingin membawa pulang keju asli Belanda bisa beli di sini, tapi kalau ingin sekedar mencicipi juga ada tersedia potongan keju yang memang disediakan untuk para tester.
Selain itu di kawasan wisata Zaanse Schans juga ada beberapa museum yang bisa disinggahi. Museum-museum tersebut akan memberikan gambaran dan cerita tentang masa lalu orang Belanda seperti masa abad 17 dan 18. Seperti di Museum Zaans bisa dilihat koleksi artefak dan lukisan mengenai kehidupan orang Belanda masa lalu.
Juga ada museum supermarket atau toko Albert Heijn. Museum ini awalnya adalah bangunan pertama toko Albert Heijn yang berdiri di Zaanse Schans, kini menjadi museum yang lengkap dengan interior dan furnitur asli yang berasal dari abad ke-18. Albert Heijn adalah supermarket ternama di Amsterdam dengan cabangnya tersebar di seluruh Negeri Belanda.
Selain museum di Zaanse Schans juga ada beberapa toko cinderamata yang menjual aneka suvenir dari yang murah sampai yang mahal. Bayarnya tetap pakai Euro bukan Rupiah. Ada Vrede Souvenirs & Gift, Souvenirs & Diamonds ‘Saense Lelie’ juga ada toko barang-barang antik dan unik Het Jagershuis.
Setelah lelah berjalan kaki atau bersepeda keliling Zaanse Schans untuk sekedar beristirahat sebelum bus berangkat menuju destinasi lain seperti Volendam dan Taman Keukenhof bisa singgah sejenak ke restoran-restoran yang ada di sana untuk sekedar memesan minuman atau mencicipi kue traditional Belanda pannekoek (pancake). Atau membeli makanan ringan khas Belanda lainnya seperti stroopwafel, almond cookies, ginger bread, poffertjes dan lainnya. Suasana restoran khas dengan interior Belanda masa lalu.
Jika ke Belanda memang sempat berkunjung ke desa yang punya kincir angin Desa Zaanse Schans. Menurut data statistik sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, setiap tahun ada sekitar 1,5 juta wisatawan datang ke sini, apa lagi untuk bisa masuk ke desa tersebut gratis alias tidak dipungut bayaran.
Editor : MA