Shalat Jumat di Masjid Terapung Al Aminah, Benar-Benar Terapung

Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi
Lahir dan besar di Bandarlampung bukan jaminan bisa mengenal Provinsi Lampung secara utuh. Walau saat mahasiswa sempat menjelajahi berbagai pelosok di daerah yang berjuluk Sang Bumi Ruwa Jurai, untuk liputan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Lampung (Unila), tidak menjamin bisa banyak tahu destinasi wisata yang ada di provinsi paling Selatan pulau Sumatera tersebut.

Waktu yang terus bergulir, tak terasa sudah lebih satu dekade tidak menjejakkan kaki di tanah kelahiran. Ada banyak yang berubah, wajah kota berubah, destinasi wisata semakin banyak. Jika dulu hanya dikenal obyek wisata pantai Pasir Putih, pantai Lempasing dan yang agak jauh dari Bandarlampung adalah pantai Wartawan yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan. Dijamin sebelum zaman reformasi, obyek wisata tersebut yang paling top.
Sekarang pada era milienial, obyek wisata di daerah ini tumbuh subur bak cendawan di musim hujan, jumlahnya sudah puluhan. Mungkin mencapai 100 destinasi? Ada yang berlokasi di bibir pantai, di puncak bukit atau di lereng gunung. Nama-nama destinasi baru tersebut sengaja tak disebut, karena memang menulis bukan untuk promosi.
Salah satu destinasi yang sempat dikunjungi adalah pantai Sari Ringgung yang terletak di Kabupaten Pesawaran (salah satu kabupaten hasil pemekaran yang lahir pasca reformasi). Berkunjung ke pantai Sari Ringgung yang berjarak sekitar 30 km dari Bandarlampung pada hari Jumat. Setelah puas menjelajah pantai dengan pasirnya putih, tiba waktu menjelang shalat Jumat. Ada sebuah mushala di pantai tersebut.
Menurut penjaganya di mushala tersebut tidak ada shalat Jumat. “Shalat Jumat di masjid terapung,” katanya seraya menunjuk ke arah laut. Di kejauhan terlihat ada dua bangunan yang di atas atapnya terlihat ada kubah masjid. Bangunan tersebut berdampingan dengan keramba ikan para nelayan yang mencari nafkah di laut yang biru.
Bercerita tentang masjid terapung ada banyak berdiri masjid terapung di hamparan bumi Allah SWT ini. Salah satu yang terkenal adalah masjid terapung yang ada di Jeddah, Saudi Arabia. Masjid yang bernama Masjid Ar Rahmah berdiri di pantai Laut Merah. Masjid ini dibangun tahun 1996 dengan luas 20 x 30 meter dan selalu menjadi destinasi para jemaah haji dan umrah. Jika anda umrah, bukan hanya yang pertama, tapi umrah yang kesekian kali maka perjalanan anda tetap akan diarahkan berkunjung ke Masjid Ar Rahmah. Tiada ada kebosanan untuk berkunjung ke sini.
Selain Masjid Ar Rahmah, di Indonesia juga ada banyak berdiri megah masjid yang disebut atau diberi nama masjid terapung. Jika anda berselancar di “Google Search” ada banyak artikel tentang masjid terapung di Indonesia. Salah satunya masjid terapung yang bernama Masjid Al Aminah yang terletak di lepas pantai laut Teluk Lampung.
Dari bentuk bangunan dan arsitekturnya, Masjid Al Aminah adalah masjid terapung yang sesungguhnya karena memang terapung di atas air laut nan biru. Masjid Al Aminah benar-benar masjid terapung karena berbeda dengan masjid terapung lainnya. Masjid ini tidak memiliki tiang atau pondasi yang tertanam ke dasar lain, melainkan terapung dengan di bawah nya terpasang dari drum plastik berukuran besar sebagai pelampung pengganti tiang atau pondasi.
Pada masjid terapung lainnya bisa terlihat saat air laut surut ada tiang-tiang penyangga bangunan masjid yang tertanam ke dasar laut dan untuk mencapainya melewati jembatan yang dibuat ke arah masjid yang memang dibangun menjorok ke arah laut. Masjid Al Aminah berbeda dengan masjid terapung pada umumnya, karena dari dermaga atau pantai untuk menuju ke masjid harus menggunakan perahu.
“Bagaimana menuju ke masjid terapung?” tanya saya kepada penjaga mushala di pantai Sari Ringgung.
“Nanti menjelang waktu shalat Jumat ada banyak jemaah yang akan ke sana dengan menggunakan perahu. Tidak bayar kok, gratis,” jawab penjaga mushala.

Benar adanya, menjelang waktu shalat Jumat tiba banyak jemaah menuju dermaga dan bersama-sama menaiki perahu berlayar menuju Masjid Al Aminah yang berada di laut Teluk Lampung. Setelah berlayar sekitar tiga sampai lima menit tibalah dermaga masjid. Selanjutnya jika ingin berwudhu tak perlu khawatir, di Masjid Al Aminah ada disiapkan air tawar untuk berwudhu.
Usai shalat Jumat dengan jemaah yang berkisar mencapai 200 orang sesuai dengan kapasitas Masjid Al Aminah, sebagian jemaah bisa bercengkrama dengan para pengurus Masjid Al Aminah yang akan dengan suka cita bercerita tentang sejarah masjid tersebut. Dengan disuguhi kopi hitam di dalam cangkir, Adang Burhanudin Ketua Pengurus Masjid Al Aminah pun mulai bercerita di ruang tamu yang berada di bagian belakang masjid.
Ditemani cangkir-cangkir kopi yang terhidang di meja, Adan Burhanudin bercerita, Masjid Al Aminah awalnya hanya sebuah mushala yang dibangun dan digunakan nelayan yang tengah mencari ikan di Teluk Lampung.
Masjid Al Aminah berdiri sejak tahun 2006, waktu itu seorang mualaf Haji Feri melihat ada mushala yang digunakan nelayan berdiri di antara bagan-bagan (tempat menangkap ikan di laut yang menggunakan cadik untuk peletak jala yang dibenamkan ke laut) nelayan. “Lalu Haji Feri merencanakan membangun masjid terapung pengganti mushala tersebut,” ujar Adang Burhanudin yang menjadi pengurus KONI Provinsi Lampung.
Haji Feri lalu membangun dan membiaya pembangunan masjid terapung yang diberi nama Al Aminah. Dengan dibantu para nelayan, bangunan yang tadinya mushala dibangun menjadi masjid yang memiliki luas sekitar 20 meter persegi. Masjid yang dibangun menggunakan kayu dan papan dengan pelampung pun akhirnya berdiri.
Masjid terapung Al Aminah bukan hanya digunakan untuk shalat Jumat saja. Nelayan yang sedang melaut kerap datang ke masjid tersebut untuk menunaikan shalat wajib lima waktu. “Pada bulan Ramadhan masjid ini juga digunakan untuk shalat tarawih,” ujar Adang Burhanudin.
Pada 2015 oleh Pemerintah Provinsi Lampung Masjid Terapung Al Aminah lalu ditetapkan sebagai salah satu destinasi pariwisata. Sebagai destinasi wisata masjid ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke pantai Sari Ringgung.
Selain Masjid Al Aminah yang ada sekarang, untuk menampung lebih banyak jemaah menurut Adang Burhanudin, Pemerintah Kabupaten Pesawaran kini telah selesai pembangunannya. “Nanti bangunan masjid yang di bagian depan akan digunakan untuk jemaah pria dan bangun yang di belakang untuk jemaah perempuan,” katanya.

Kopi dalam cangkir sudah habis, saatnya untuk kembali ke daratan pantai Sari Ringgung dengan menggunakan perahu motor yang membelah ombak laut membawa jemaah shalat Jumat Masjid Al Aminah ke dermaga. ∎