Bisnis

Sensasi Makan Beralas Pelepah Pinang di Muba

Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi

banyak rumah makan menggunakan piring dan gelas sekali pakai yang biasanya terbuat dari kertas, plastik, atau campuran keduanya

Ekonomi kreatif dan inovasi kreativitas ramah lingkungan terus tumbuh dan berkembang di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Setelah sebelumnya pemanfaatan limbah getah gambir sebagai pewarna kain non kimia untuk kain Gambo Muba, kini pelepah pinang pun telah masuk ke restoran atau rumah makan (RM) sebagai alas atau wadah makanan.

FOTO : Dinas Kominfo Muba

Bupati Muba Dodi Reza Alex pada akhir pekan pertengahan Juni 2021 berbagi kabar, rumah makan di Sekayu, ibu kota Kabupaten Musi Banyuasin mulai beralih menggunakan wadah makan dari bahan pelepah pinang menggantikan plastik dan telah memakai pelepah pinang sebagai wadah makanan pengganti  styrofoam dan plastik.

Saat disajikan di atas meja makan yang diisi dengan nasi dan lauknya, sekilas wadah makanan tersebut seperti wadah makanan terbuat dari  styrofoam yang banyak digunakan rumah makan atau restoran siap saji di kota-kota besar. Ada sensasi di atas alas wadah makanan pelepah pinang.

“Saya berharap secara bertahap nantinya semua rumah makan atau restoran di Muba beralih menggunakan wadah makanan dari pelepah pinang sebagai penggantik plastik dan styrofoam. Saya mengapresiasi prakarsa rumah makan di Muba yang mulai menggunakan pelepah pinang sebagai wadah tempat makan,” kata Bupati Dodi Reza Alex yang didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Muba Thia Yufada Dodi.

Salah satu rumah makan yang sudah beralih menggunakan wadah makanan dari pelepah pinang adalah Skyseafoodlover yang berlamat di Jalan Wahid Udin, Sekayu.

RM Skyseafoodlover yang berada di sebelah Polsek Sekayu adalah gerai makanan laut dan aneka pindang yang mulai beralih menggunakan wadah makanan dari bahan pelepah pinang.

Alasan beralih dari wadah makanan  styrofoam dan plastik ke pelepah pinang, menurut Ratna pemilik Skyseafoodlover, “Kami menggunakan wadah pelepah pinang lebih ramah lingkungan. Yang terpenting harganya lebih murah dibandingkan plastik atau  styrofoam.”

Selain lebih hemat dan ekonomis, menurut Ratna dengan pakai pelepah pinang, sebagai pelaku UMKM di Muba, dirinya bersama rumah makan lainnya sepakat mendukung gerakan Bupati Dodi Reza untuk menciptakan lingkungan yang ramah lingkungan menuju Muba hijau.

“Sampai kini konsumen tidak ada yang protes, mereka justru kagum dan kaget kalau yang kami gunakan wadah makan berbahan pelepah pinang,” ujarnya.

Menurut Bupati peraih gelar doktor dari Universitas Padjadjaran (Unpad),  produk hasil inovasi pengelolaan pelepah pinang menjadi wadah makanan pengganti styrofoam ini adalah sumbangan Musi Banyuasin untuk dunia serta bagian menjaga alam yang ramah lingkungan.

“Selain itu produk kreatif dari pelepah pinang ini adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat desa di Muba. Inilah cara kami memberdayakan masyarakat di tengah pandemi sekaligus berkontribusi untuk menjaga alam. Pelepah pinang akan ikut mendorong perekonomian masyarakat desa serta meningkat inovasi,” kata Bupati Dodi.

Dodi merencanakan, ke depan Pemerintah Kabupaten Muba akan mendukung produk pelepah pinang, juga untuk mengikuti rangkaian uji klinis hingga pengembangan produk lainnya. “Kita akan libatkan stakeholder terkait untuk dilakukan uji klinis dan mengeksplorasi produk lainnya yang bisa dibuat dari pelepah pinang ini,” ujarnya.

Lihat Juga  Hutama Karya dan Dampak Ekonomi JTTS

Saat ini jenis produk dari pelepah pinang diantaranya menjadi wadah makanan seperti piring dan kotak makan pengganti  styrofoam dan plastik. “Di daerah-daerah yang banyak tumbuh pohon pinang, akan didorong dan dibantu agar warganya bisa memproduksi pelepah pinang menjadi wadah makanan atau produk lainnya. Ini sekaligus menjadi langkah konkret pengentasan kemiskinan warga pedesaan di Muba,” imbuh Dodi.

Saat ini  banyak rumah makan menggunakan piring dan gelas sekali pakai yang biasanya terbuat dari kertas, plastik, atau campuran keduanya. Juga digunakan wadah makanan dari polistirena yang dikenal dengan nama  styrofoam yang digunakan sebagai bahan kemasan sekali pakai. Dari kemasan sekali pakai tersebut penggunaan berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan.

Mengutip Arvanitoyannis IS dan L Bosnea dalam “Migration of Substances from Food Packaging Materials to Foods. Critical Reviews in Food Science and Nutrition,” (2004), isu kesehatan terkait kemasan tersebut adalah terjadinya migrasi yang disebabkan oleh adanya interaksi komponen dalam makanan dengan bahan penyusun kemasan. Bahan yang bermigrasi dari bahan kemasan ke dalam makanan diantaranya bahan aditif plastik (plastisizer, antioksidan, penstabil, pelumas, agen antistatis, slip additives), monomer, oligomer dan kontaminan.

Selain itu menurut K Marsh dan B Bugusu dalam “Food packaging-roles, materials, and environmental issues,” (2007), masalah yang sering timbul pada penggunaan kemasan plastik dan styrofoam adalah sulit terdekomposisi sehingga mencemari lingkungan.

Sementara itu produk kreatif dan inovatif berbahan baku pelepah pinang di Muba bermula dari Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir. Warga di sini telah mampu mengolah bahan limbah ramah lingkungan berupa pelepah pinang menjadi piring dan kotak makanan. Ketua Kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama Supriyanto menjadi motivator yang mendorong lahirnya produk kreatif ramah lingkungan tersebut.

Menurut Supriyanto, sebelumnya pelepah pinang di desa ini dibuang begitu saja. Kalau pun digunakan hanya jadi penutup tempayan air. Tapi kini telah lahir indutri rumah yang kreatif berbahan baku pelepah pinang.

Warga Desa Mendis yang bermukim di kawasan hidrologis gambut Sungai Merang kini  telah mampu menjual berbagai kerajinan tangan berbahan baku pelepah pinang kepada wisatawan yang datang ke sana. “Kami juga pernah mendapat mendapatkan pesanan sebanyak 2.500 kotak nasi pelepah pinanh dari restoran di Jakarta,” ujar Supriyanto.

Supriyanto bercerita untuk membuat wadah makan dari pelepah pinang menggunakan teknologi sederhanna yakni hanya menggunakan alat mesin press. “Awalnya pelepah pinang dicuci, kemudian dicetak menggunakan mesin press lalu dikeringkan menggunakan pemanas elektrik atau dijemur di bawah sinar matahari,” katanya.

Lifestyle Pelepah Pinang

Pohon pinang (Areca Catechu) dikenal sebagai tanaman serba guna memiliki manfaat di berbagai bidang kehidupan diantarannya kesehatan, transportasi, bangunan, kerajinan, pangan, budaya, industri kecil maupun besar. Selama ini yang lebih dimanfaat dari pohon pinang ada buah/ biji pinang yang dikeringkan yang merupakan salah satu komoditas ekspor ke India, Pakistan, Bangladesh dalam bentuk biji pinang belah kering atau utuh mencapai 182.972 ton dengan nilai jual US$ 106,33 juta.

Tanaman pinang memiliki banyak manfaat. Daunnya dapat mengobati gangguan radang tenggorokan karena mengandung minyak asiri, dan juga dapat digunakan atap rumah, pelepah pinang dapat digunakan sebagai bahan baku pembungkus makanan, seperti pembungkus gula merah, batangnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, sabut buah dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuat kuas gambar atau kuas alis mata, biji nya dapat dijadikan sebagai bahan makanan, pewarna kain dan juga sebagai obat cacing.

Lihat Juga  Dodi Reza Alex Inspirasi Mahasiswi Monash University Australia

Pohon pinang juga kerap digunakan mencegah terjadinya erosi atau longsor di tanah-tanah miring. Pohon pinang juga sebagai tanaman hias dan setiap perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia selalu ada lomba panjang pinang.

Di banyak daerah yang banyak tumbuh pohon pinang, kerap dijumpai pelepah pinang yang dibiarkan terbuang dan menjadi busuk. Dengan perkembangan teknologi ternyata serat alam pelepah pinang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk lifestyle (gaya hidup) yang inovatif dan tentunya bernilai ekonomis serta memiliki nilai estetika dan fungsional.

Pelepah pinang itu dihasilkan dari salah satu jenis pohon palm dengan plant family Palmaceae, family Arecaceae, kelas Liliopsida, species A. Catecu, devisi Magnoliophyta dan memiliki panjang serat 1-2 mm. Hampir keseluruhan bagian dari pohon pinang ini bermanfaat dan diperdagangkan oleh para pedagang sudah sejak lama.

Pohon pinang juga terkait dengan kebudayaan, salah satu suku di daerah Nusatenggara hal tersebut terbukti dengan adanya peninggalan Candi Sukun dari abad ke -15 di Setra Gandamayit.

Sebagai produk lifestyle dari pelepah pinang ada berbagai produk inovatif dan kreatif seperti tas, casing ponsel, wadah obat, sampul buku, dan berbagai produk asesori perempuan dan kerajinan tangan atau produk handmade. Di Jawa tepatnya di Kabupaten Nganjuk, pelepah pinang menjadi pembungkus Jenang Dumbleg yaitu makanan yang terbuat dari tepung beras, santan kelapa dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya.

Pelepah pinang juga digunakan sebagai campuran atau bahan penambahan serat (fiber) pada campuran beton untuk membuat batako sebagai material bahan bangunan.

Pelepah pohon pinang yang mengandung selulosa berpotensi dimanfaatkan seratnya sebagai pengisi untuk pembuatan komposit. Tujuan penggunaan serat ini untuk meningkatan sifat-sifat yang masih kurang pada batako, seperti kuat lentur, kuat impak, kuat tarik serta mengurangi rayapan. Komposisi kimia pelepah pinang terdiri dari bahan bahan kering 42 persen, protein kasar 13 persen, selulosa 12 persen, dan hemiselulosa 33 persen.

Pemanfaatkan pelepah pinang menjadi wadah makanan sekali pakai di Kabupaten Muba dapat menjadi alternatif sebagai wadah ramah lingkungan karena berasal dari bahan alam dan lebih mudah terdegradasi secara alami dibandingkan styrofoam atau plastik.

Wadah dari pelepah pinang memiliki karakteristik berupa kadar air, ketebalan, ketahanan wadah terhadap minyak, ketahanan wadah terhadap lipatan.

Dari penelitian Yernisa dan Fera Oktaria dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi berjudul “Pemanfaatan Pelepah Pohon Pinang Menjadi Wadah Sekali Pakai (Disposible Plate) Sebagai Alternatif Wadah Ramah Lingkungan,” (2018) karakteristik wadah sekali pakai dari pelepah pinang memiliki kadar air rata-rata 12,78 persen, ketebalan rata-rata 0,20 cm, ketahanan terhadap minyak lebih dari 10 menit dan rata-rata tahan terhadap 6 kali lipatan.

Jika berkesempatan berkunjung ke Musi Banyuasin (Muba) jangan lupa singgah untuk menikmati sensasi makan di atas pelepah pinang. Selamat menikmati. ∎

Editor : MA

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button