Semen Indonesia Berhasil Mengekspor 757 Ribu Ton
EkbisNews.com, Jakarta – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mencatat kinerja volume eskpor pada kuartal I 2019 sebesar 757 ribu ton atau naik 13,84 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya 665 ribu ton. Sementara volume ekspor sepanjang 2018 mencapai 3,15 juta ton atau naik 68,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya 1,87 juta ton.
Sementara total penjualan semen baik domestik maupun ekspor sepanjang 2018 sebesar 33,15 juta ton termasuk penjualan dari Thang Long Cement(TLCC) di Vietnam. Direktur Utama Semen Indonesia Hendi Prio Santoso mengatakan perseroan terus berupaya melakukan konsolidasi seluruh aset pasca-akuisisi Holcim Indonesia lewat anak usaha PT Semen Indonesia Industri Bangunan.
“Tak hanya TLCC, tapi keseluruhan portofolio grup sedang dalam proses pengkajian (konsolidasi). Kita baru mengakuisisi Semen Holcim, sebelumnya kita sudah ada Semen Tonasa, Semen Gresik, Padang, TLCC, kemudian masuk Holcim yang memiliki aset plant di Narogong, Cilacap, dan Tuban,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (23/5).
Menurutnya perseroan akan mengkonsolidasi semua aset Holcim dengan anggota holding lainnya untuk mencapai operasional yang lebih efisien. “Tak hanya pabrik semen, tapi ada sejumlah packing plant (eks Holcim). Kemudian ada nonpabrik semen seperti tambang agregat batu pasir dan sebagainya untuk mendukung visi perusahaan ke depan. Tak hanya semen, tapi bahan bangunan atau beyond cement,” ucapnya.
Sementara Direktur Pemasaran & Supply Chain Semen Indonesia Adi Munandir menambahkan perseroan optimistis penjualan semen akan lebih agresif pasca akuisisi 80,6 persen saham mayoritas Holcim Indonesia. Menurutnya masuknya Holcim Indonesia dalam holding akan membuka pasarbaru yang lebih luas. “Efisiensi dalam operasi dan pemasaran juga sangat signifikan setelah proses integrasi aset-aset eks Holcim rampung. Akuisisi Holcim menambah kapasitas produksi 14 juta ton,” jelasnya.
Dikutip dari republika.co (23/5)Menurut Adi akusisi Holcim Indonesia dapat meningkatkan penjualan semen dan membentuk pasar baru berdasarkan program-program yang sudah disusun oleh perseroan. “Harapannya pasti penjualan meningkat, tapi itu tergantung demand yang ada. Dengan optimalisasi dari dua perusahaan yang sudah ada dan sinergi lewat akuisisi kita bisa create pasar baru,” ungkapnya.
Saat diakuisisi, Holcim mengoperasikan empat pabrik semen di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Tuban (Jawa Timur), dan Lhoknga (Aceh), dengan total kapasitas 14,5 juta ton semen per tahun, dan mempekerjakan lebih dari 2.400 orang. Selain integrasi pabrik, Holcim memiliki puluhan pabrik pengemasan dan distribution center yang akan membuat pemasaran semen bisa menjadi sangat murah dan penetrasi pasar bisa lebih efektif.
“Setelah akuisisi Holcim, kita integrasikan plant, distribution center ada 20 unit, dan packing plant yang jumlahnya 36 unit. Kita sedang melakukan re-modelling sehingga bisa melayani pasar-pasar dengan cost yang paling efisien. Kita memperbaiki tak hanya kinerja (produksi) saja, tapi juga dari sisi efisiensi di supply chain, penjualan, dan pemasaran,” jelasnya.
Pada 31 Januari lalu Semen Indonesia merampungkan proses pengambialihan saham PT Holcim Indonesia. Semen Indonesia membeli 6.179.612.820 saham Holcim dengan harga Rp 2.097 per lembar, sehingga, total harga pembelian 80,64 persen saham itu senilai Rp 12,9 triliun.
Adapun tujuan pengambilalihan saham Holcim antara lain untuk memperluas jaringan pabrik semen di dalam negeri, memperluas diversifikasi jenis produk yang ditawarkan, meningkatkan efisiensi, khususnya biaya distribusi dan bahan baku. Kemudian memperkuat posisi bisnis ready mix dengan berbagai variasi produk dan solusi, serta memperkuat sinergi di berbagai bidang untuk meningkatkan efisiensi.