Selamat Datang Geopark Belitong
Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama & Penggiat Kaki Bukit Literasi
Geopark Belitong adalah bagian dari Geopark Global Network bertujuan untuk pelestarian warisan geologi, pendidikan, pembangunan sosial ekonomi budaya, menstimulasi penelitian dan pengembangan jaringan geopark global.
Masa penantian itu akhirnya usai sudah. Badan dunia UNESCO menetapkan Geopark Belitong sebagai UNESCO Global Geopark. Dewan Eksekutif UNESCO yang bersidang secara virtual dipimpin dari Paris dalam sidang ke-211 tanggal 15 April 2021 resmi menuntaskan masa penantian secara resmi memasukan Geopark Belitong dalam UNESCO Global Geopark (UGG).
Mereka di sana, di dunia menuliskannya “Geopark Belitong” kita di Indonesia menulis dan menyebutnya “Geopark Belitung.” Kini dunia melalui UNESCO mengakui keberagaman geologis di Pulau Belitung dan kepulauan di sekitarnya yang berada dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Dalam siaran pers Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris menyebutkan, Geopark Belitong memiliki keberagaman geologis termasuk lanskap, bebatuan, mineral, proses geologis dan tektonik, serta evolusi bumi di Belitung.
Geopark Belitong juga dinilai memiliki keunikan dengan adanya keterkaitan kuat antara aspek geologis, biologis, dan budaya. Lanskap geologi Pulau Belitung yang unik, menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna yang di antaranya hanya ditemukan di Belitung, seperti ikan hampala dan ikan toman. Keanekaragaman hayati tersebut digunakan oleh masyarakat Belitung di antaranya dengan pemanfaatan tanaman herbal.
Kehadiran Geopark Belitong adalah geopark nasional Indonesia keenam yang masuk ke dalam daftar UNESCO Global Geopark setelah Geopark Kaldera Toba di Sumatera Utara, Geopark Batur di Bali, Geopark Ciletuh di Jawa Barat, Geopark Gunung Sewu (wilayahnya mencakup Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur), dan Geopark Rinjani di Jawa Timur.
Indonesia adalah daerah yang kaya dengan kekayaan alam dan budaya, tidak seluruh daerah memiliki kawasan geopark atau taman bumi. Taman bumi adalah anugerah dari Allah SWT yang tersebar di beberapa daerah, salah satunya ada di Provinsi Babel. Geopark Belitung juga tercatat sebagai salah satu geopark nasional dari 15 geopark yang mendapat sertifikasi dari Komite Nasional Geopark Indonesia
Geopark Geowisata
Apa itu geopark atau taman bumi? Menurut UNESCO, geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka (outstanding), termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya, dimana masyarakat setempat diajak berperan-serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam.
Konsep geopark global adalah sebagai area tunggal (unified geohgraphical areas) dimana situs-situs dan lanskap memiliki signifikansi geologi internasional, dikelola secara holistik yang meliputi konsep proteksi, edukasi, dan pembangunan berkelanjutan.
Unsur utama di dalam geopark terbagi tiga yaitu unsur geodiversity, biodiversity dan cultural-diversity. UNESCO menggagas geopark sebagai salah satu alat pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat.
Dalam Guidelines and Criteria for National Geopark yang diterbitkan UNESCO menyebutkan bahwa keberadaan geopark bertujuan untuk membawa keberlanjutan dan manfaat ekonomi yang nyata bagi penduduk setempat, biasanya melalui pengembangan pariwisata berkelanjutan dan kegiatan ekonomi dan budaya lainnya.
Geopark Belitong adalah bagian dari Geopark Global Network bertujuan untuk pelestarian warisan geologi, pendidikan, pembangunan sosial ekonomi budaya, menstimulasi penelitian dan pengembangan jaringan geopark global.
Dalam isitilah Hanang Samodra, Ketua Kelompok Kerja Geopark, Tim Task Force Revitalisi Museum Geologi dan Pengembangan Geopark, Kementerian ESDM, sebagai konsep baru, geopark (taman bumi) yang menjadi salah satu peranti untuk membangun kawasan secara berkelanjutan mulai diterima dan diimplementasikan.
“Jika paradigma sebelumnya masih mengelompokkan komponen abiotik, biotik, dan budaya secara sendiri-sendiri, paradigma baru geopark adalah sebaliknya. Konsep geopark mengenali, menghubung-kaitkan, merayakan, dan mengimplementasikan keragaman sumber daya warisan bumi di suatu daerah secara utuh dan terpadu,” tulisnya dalam Kolom berjudul “Bertemu di Taman Bumi,” (2016).
Menurutnya, upaya pemuliaan warisan geologi, warisan hayati, dan warisan budaya untuk tujuan konservasi, pendidikan, penumbuhan nilai ekonomi lokal melalui geowisata, dan pembangunan daerah secara berkelanjutan itu sesuai dengan slogan geopark sendiri. Yaitu: memuliakan warisan bumi dan menyejahterakan masyarakat setempat.
Geopark bukan tentang geologi semata. Warisan geologi yang terbentang di muka bumi terhubung dengan warisan lainnya (hayati, budaya). Di Geopark Belitong semua itu bersatu sebagai kekayaan hakiki daerah yang dikenal dengan sebutan “bumi laskar pelangi” dan harus dapat dinikmati oleh masyarakatnya. Geopark Belitong adalah salah satu kekayaan geowisata yang ada di Nusantara.
Geowisata atau geotourism adalah istilah yang kalah populer dibanding ekowisata (ecotourism), atau agrowisata. Geotourism adalah istilah yang baru dikenal luas sekitar pertengahan tahun 1990-an. Diperkenalkan Tom Hose seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris. Tom Hose pernah menulis di Geological Society pada 1996 makalah berjudul “Geotourism, or can tourists become casual rock hounds: Geology on your doorstep.”
Menurut Newsome & Dowling dalam “Setting an agenda for geotourism. In Geotourism: The tourism of geology and landscape” mendefinisikan geowisata merupakan pariwisata berkelanjutan dengan fokus utama terhadap evolusi bumi serta fitur geologi yang mendorong pemahaman lingkungan dan budaya, apresiasi dan konservasi, dan menguntungkan masyarakat lokal.
Pada kawasan geowisata ada beberapa jenis aktivitas yang bisa dilakukan. Seperti berekreasi menikmati landscape dari keunikan bentukan kebumian. Bisa juga untuk geo-sport atau olahraga yang berhubungan dengan topografi bumi. Juga menjadi tempat geo-studi seperti observasi warisan geologi, fotografi geo-lanskap, kunjungan lapangan untuk kepentingan geologi sekaligus menjadi tempat edukasi dan pelestarian.
Mengutip N. Hidayat dalam “Analisis Pengelolaan Kawasan Eksokarst Gunungkidul sebagai Kawasan Geowisata,” geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang berkelanjutan dengan fokus utama pada kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal. Geowisata menawarkan konsep wisata alam yang menonjolkan keindahan, keunikan, kelangkaan dan keajaiban suatu fenomena alam yang berkaitan erat dengan gejala-gejala geologi yang dijabarkan dalam bahasa populer atau sederhana.
Data dari World Trade Organization menyebutkan bahwa sejak awal tahun 1990-an, paradigma industri kepariwisataan dunia ditandai dengan pesatnya pertumbuhan minat wisatawan kembali ke alam back to nature, go green. Ini membuktikan tengah tumbuh dan terus terjaga hingga kini kesadaran, penghargaan dan penghayatan wisatawan terhadap alam dan lingkungannya.
Pertumbuhan minat seperti itu adalah peluang mengembangkan sumber daya geologi kepariwisataan atau geowisata yang bisa mengambil peran melindungi keanekaragaman hayati, seperti jenis, wujud, keunikan dan asal usul proses pembentukannya bagi kepentingan ilmu pengetahuan, ekosistem, pariwisata, dan sosial ekonomi.
Pariwisata pada dasarnya adalah industri yang potensial untuk menggerakkan roda perekonomian daerah sebagaimana terjadi di berbagai daerah wisata di dunia. Di dunia, banyak geopark dengan potensi yang besar mampu memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) setempat.
Di Kanada ada taman bumi Stonehammer dengan area seluas 2.500 km persegi yang ditetapkan UNESCO sebagai Global Geoparks Network pada 2010. Geopark yang berlokasi di kota Saint Jhon ini setiap tahunnya dikunjungi lebih dari satu juta wisatawan. Di sini pemerintah Kanada membangun sebuah museum khusus bertema kehidupan di era Paleozoikum.
Geopark Langkawi di Malaysia (dikunjungi 3,6 juta wisatawan mancanegara), dan Geopark Yuntaishan Cina (1,2 juta wisman, dengan pendapatan US$ 90 juta). Situs-situs dunia yang termasuk ke dalam Global Geopark Network juga merupakan icon pariwisata internasional.
Potensi wisata yang melekat pada geopark demikian besar bila dikelola dengan sangat yang baik. Ia bisa memberi sumbangan signifikan bagi pendapatan daerah atau negara.
Untuk menuju ke arah itu, Geopark Belitong harus berbenah dan terus menata beberapa variabel dalam mendukungnya sebagai destinasi geowisata. Seperti membenahi amenitas (akomodasi, restoran, perbankan, dan pusat informasi pariwisata), akses (infrastruktur jalan, bandara, terminal, pelabutan/dermaga), atraksi (bentang alam, keanekaragaman hayati (biodiversitas), dan budaya), ancillary (pemandu wisata, operator wisata minat khusus), konservasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Kini di tengah wisatawan yang berkunjung untuk melihat-lihat panorama alam atau berswafoto, juga tumbuh permintaan wisata oleh wisatawan yang memiliki minat khusus. Wisatawan ini mencari destinasi wisata yang tidak biasa serta menyukai aktivitas wisata yang juga tidak biasa dalam bahasa keilmuanya sering disebut wisatawan drifter.
Dalam “Sosiologi Pariwisata” yang ditulis IG Pitana & G Putu, minat wisatawan berkunjung di suatu destinasi alam salah satunya ditentukan faktor-faktor ektrinsik, yaitu faktor-faktor luar yang melekat pada destinasi wisata alam.
Dan menurut JRB Ritchie & GI Crouch dalam “The Competitive Destination: A Sustain ability Perspective,” daya tarik wisata menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan motivasi wisatawan untuk berwisata serta merupakan alasan fundamental yang menjadi pertimbangan mengapa seseorang memilih satu destinasi dan meninggalkan destinasi yang lain.
Selamat datang Geopark Belitong. Semoga potensi Geopark Pulau Belitung dapat meningkatkan ekonomi wilayah secara keseluruhan.
Editor : Maspril Aries