Bisnis

PTPN 7 Garap Bisnis Lalat Tentara Hitam di Sumsel

EkbisNews.com, Palembang — BUMN perkebunan seperti PT Perkebunan Nusantara (PTPN) tidak selamanya hanya menggarap bisnis di sektor perkebunan seperti kelapa sawit, karet, tebu atau teh. Seperti PTPN 7, BUMN yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit, karet dan gula tersebut kini tengah mengembangkan bisnis ke usaha belatung alias larva lalat atau maggots.

BUMN perkebunan yang berpusat di Bandarlampung tersebut kini tengah mengembangkan usaha budidaya larva lalat. “Kami merencanakan mengembangkan usaha budidaya BSF atau Black Soldier Fly, juga disebut lalat tentara hitam di Sumatera Selatan,” kata Direktur Utama PTPN 7 Muhammad Hanugroho pada “Media Gathering” bersama wartawan Sumatera Selatan (Sumsel) di Palembang.

Menurut Muhammad Hanugroho yang didampingi Direktur Komersil Achmad Sudarto, BSF ke depan memiliki prospek yang cerah. Usaha ini sudah dilakukan PTPN 3 di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dengan menggandeng perusahaan swasta PT Alternative Protein Indonesia.

Lihat Juga  Pusri Pindah? Tidak Ada Rencana PT Pusri Pindah ke Luar Sumsel

“PTPN 7 dengan menggandeng perusahaan yang sama akan mengembang bisnis BSF di Sumsel yang akan menghasil produk maggots feedfood atau makanan ternak dan pupuk cair maggots atau PCM,” ujar Muhammad Nugroho.

Di Sumsel menurut Achmad Sudarto, pengembangan budidaya BSF akan menggunakan bungkil kelapa sawit atau palm kernel mill (PKM) dan sampah organik. “Untuk memproduksi feedfood BSF akan memanfaatkan bungkil kelapa sawit selain yang berasal dari PTPN 7 juga akan memanfaatkan dari PTPN 5 di Jambi. Sedangkan untuk menghasil PCM akan memanfaatkan sampah organik dari Palembang dan sekitarnya,” katanya.

Menurut Direktur Utama PTPN 7 harga maggots untuk ekspor sebesar 4 dolar AS per kilogram dengan pasar utama Indonesia adalah Belanda. “Larva yang dihasilkan dari BSF berbeda dengan larva lalat hijau. Karena memanfaatkan bungkil kelapa sawit larva yang dihasilkan memiliki protein tinggi. Proses telur menjadi larva butuh waktu sekitar 14 hari,” katanya.

Lihat Juga  Ojol Asal Malaysia Bakal Saingi Gojek dan Grab di Indonesia

Salah satu pabrik larva di Sumsel akan dibangun di kawasan perkebunan PTPN 7 yang berada di Musi Landas di kawasan tersebut telah tersedia lahannya. Untuk pabrik di Banyuasin menurut Hanugroho memiliki kapasitas 60 – 80 ton perbulan. “Saat ini BSF yang berada di Provinsi Lampung sudah beroperasi. Untuk di Sumsel direncanakan sudah bisa beroperasi awal 2020,” ujarnya.

Saat ini untuk produsen larva lalat BSF atau maggots di dunia dua produsen utamanya adalah Amerika Serikat dan Indonesia. Dari Indonesia telah mengekspor belatung atau larva lalat ke Belanda. Di negeri kincir angin digunakan untuk pengganti makanan ternak seperti ikan.

Editor : Maspril Aries

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button