Pertumbuhan Ekonomi Global Suram, Harga Batu Bara Anjlok
EkbisNews.com – Harga batu bara dunia masih berada di titik terendahnya dalam dua tahun. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang suram membuat pelaku pasar takut akan penurunan permintaan batu bara.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (7/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli melemah 0,13% di level US$ 74,05/metrik ton.
Dalam sepekan, harga batu bara melemah hingga 2,31% secara point-to-point. Adapun sejak awal tahun 2019 nilai koreksinya sudah mencapai 26,97%.
Pekan lalu, Bank Dunia (World Bank/WB) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 menjadi tinggal 2,6%. Angka proyeksi tersebut lebih rendah 0,3 poin persentase dibandingkan proyeksi pada bulan Januari.
Pertumbuhan ekonomi China juga diprediksi hanya akan sebesar 6,2% pada tahun 2019. Jauh melambat dibanding tahun 2018 yang sebesar 6,6%. Padahal tahun 2018 saja, pertumbuhan ekonomi China sudah merupakan yang paling lambat sejak tahun 1990.
Senada, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2019 menjadi 6,2% dari yang semula 6,3% pada hari Rabu (5/6/2019).
Sebelumnya ekonom bank Morgan Stanley juga menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi China tahun 2019 menjadi 6,4% dari yang semula 6,5%.
Sederet penurunan proyeksi tersebut didasari oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang semakin memanas, dan tidak terlihat akan mengalami perbaikan. Bulan lalu, AS telah menerapkan tarif 25% terhadap produk China senilai US$ 200 miliar. China pun membalas dengan tarif tambahan sebesar 5%-25% atas produk AS senilai US$ 60 miliar.
Pertarungan dagang juga telah meluas ke ranah korporasi. AS secara sepihak memasukkan raksasa teknologi asal China, Huawei ke dalam daftar hitam (blacklist). Dengan begitu perusahaan AS tidak dapat membeli produk Huwawei tanpa izin dari pemerintah.
Seperti Dikutip dari cnbcindoensia.com, Kini AS dikabarkan tengah mengkaji dampak dari penerapan tarif 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar yang sebelumnya bukan merupakan objek perang dagang. Bila tarif tersebut benar akan diimplementasikan, maka perang dagang akan semakin memanas dan membuat perekonomian global melambat.
Maklum, yang sedang berseteru merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Rantai pasokan global sudah tentu akan saling terhubung dengan dua negara tersebut.
Dengan begitu, permintaan energi dari China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia berpotensi berkurang. Terutama batu bara, yang mana masih menyumbang sebagian besar energi di Negeri Tirai Bambu.
China juga merupakan konsumen utama batu bara dunia, yang akan sangat mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar.