LifeStyle

Perempuan yang Jatuh Cinta pada Jamur

EkbisNews.com, Tanjung Enim – Apa yang Anda tahu tentang jamur tiram?  Jawabnya ada pada Rahmawati warga Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim. Sudah delapan tahun bergulat dan “jatuh bangun” bersama jamur tepatnya jamur tiram.

Jamur tiram adalah salah satu komoditi hortikultura, juga disebut bahasa kerennya, Oyster Mushroom.” Karena bentuk buahnya yang menyerupai cangkang tiram, maka masyarakat menyebutnyanya jamur tiram.

Rahmawati mengaku jatuh cinta pada jamur tiram usai mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram yang diadakan Pemerintah Kecamatan Lawang Kidul bekerjasama dengan CSR PT Bukit Asam (PTBA) Tbk tahun 2013 yang bertemakan “Teknologi Tepat Guna.”

“Setelah ikut pelatihan saya langsung survei ke pasar untuk mencari tahu berapa besar kebutuhan jamur? Lalu mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan. Saya beranikan diri mengajak teman-teman di Bedeng Kresek Tanjung Enim untuk membudidayakan jamur tiram,” katanya.

Ternyata ajakannya untuk membudidayakan tanaman yang memiliki berbagai kandungan gizi seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zatbesi, vitamin A dan vitamin B1, tak bertepuk sebelah tangan.

Rahmawati mulai membudidayakan jamur tiram dengan memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumahnya. Berbekal ilmu dari pelatihan, dan survei pasar serta dengan dengan modal patunganm budidaya jamur tiram pun dimulai. Hasilnya, bisa memanen jamur sebanyak 500 baglog (media tanam) dan berkembang hingga mencapai 3.000 baglog.

Lambat laun Rahmawati mulai merasakan usaha jamur tiram bisa memberikan manfaat besar pada kehidupan ekonomi keluarga. Dari awal penanaman hingga penjualan ke pasar butuh waktu sekitar 3 sampai 4 bulan. Usahanya mulai membuahkan hasil pendapatan untuk keluarganya. Setelah dipotong biaya air dan listrikm Rahmawati bisa mendapatkan penghasilan Rp6 juta per 10 hari panen jamur tiram.

Suka duka dirasakan Rahmawati dalam mengelola usaha budidaya jamur tiram tersebut. Perempuan yang awalnya menjadi mitra binaan PTBA dengan usaha mengolah pupuk bokasi mulai diterpa duka. Usaha budidaya jamur tiramnya pun terhenti ketika ada relokasi warga dari Bedeng Kresek pada 2016.

“Usaha budidaya jamur tiram sempat terhenti selama enam bulan. Lalu pada tahun 2017 saya mulai kembali mengusahakannya kali ini dengan modal sendiri,” ujarnya.

Usahanya kali ini kembali bangkit. “Omsetnya waktu itu bisa mencapai Rp8 juta perbulan. Tapi itu tidak bisa dibilang cukup, karena harus diputar kembali untuk memenuhi kebutuhan usaha jamur,” katanya.

Lihat Juga  Harga Batu Bara Anjlok, PTBA Mencatat Laba Bersih Rp 1,14 T "Cukup Baik"

Dengan usaha dan kegigihannya, tahun 2019 bantuan modal datang dari Corporate Social Responsibility (CSR) PTBA. Bantuan yang dkucurkan BUMN tambang batu bara yang berpusat di Tanjung Enim tersebut sebesar Rp35 juta yang menjadi modal untuk membuat 15.000 baglog.

Tanaman jamurnya pernah merasakan setelah masa inkubasi selama 40 hari bisa panen 3-4 kali sehari. Hasil panen ini yang kemudian diolah menjadi berbagai macam kreasi makanan yang menggungah selera seperti sate, nugget, bakso, jamur krispi, stik jamur, pangsit dan banyak lagi yang kemudian akan didistribusikan secara luas.

“Semua orang pasti ingin berhasil,” kata Rahmawati saat bantuan modal diterimanya. Ternyata keinginan tersebut tidak berjalan mulus. Masih pada tahun 2019, rencana dan keinginan tidak sesuai harapan. Setelah panen pertama, Rahmawati kehilangan buah hatinya, putrinya harus menjalani perawatan serius di rumah sakit Palembang. Akhirnya budidaya jamur yang diusahakannya tidak lagi mendapat sentuhan tangan dinginnya yang selama ini diawasinya.

Musibah itu datang, sang putri meninggal dunia dan ini membuat Rahmawati terpukul sehingga meninggalkan duka mendalam baginya. “Saat itu seperti rasanya mau mati saja dan tidak ada keinginan untuk kembali hidup di dunia, apalagi kembali menggeluti usaha jamur,” ujarnya dengan nada sendu.

Padahal saat itu, hasil panen jamur tiramnya sedang tumbuh dan berkembang dengan hasil yang tidak sesuai standar jamur yang layak dijual di pasar.

Semangatnya mengusahakan budidaya jamur sudah luntur saat itu. Rumah jamur disebut sebagai rumah kumbung milik Rahmawati sudah berubah menjadi semak belukar, tidak ada lagi semangatnya untuk mengelolanya.

“Bisa dikatakan saat itu, saya berhenti total mengusahakan jamur tiram. Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suami saya tidak lagi bekerja bersamaan dengan masa pandemi Covid-19,” katanya.

Rahmawati mengaku sangat malu bila berjumpa dengan orang-orang dari CSR PTBA, karena masih ada angsuran yang belum lunas. “Saya pernah bicara dengan suami, apa masih bisa kita mengusahakan budidaya jamur seperti dulu?”

Pertanyaannya tersebut akhirnya terjawab setelah kedatangan Tim CSR PTBA ke lokasi kumbung jamurnya yang terbengkalai. Kepada Tim CSR tersebut Rahmawati berkeluh kesah terhadap kondisi yang menimpanya sampai usaha budidaya jamurnya tidak lagi berlanjut.

Lihat Juga  Ayo Jadi "Public Speaker" Raih Hadiah Jutaan Rupiah dari PTBA

Kini dengan bimbingan Tim CSR PTBA cinta Rahmawati terhadap jamur tiram lahir kembali. Perempuan ini membuat proposal untuk mendapata bantuan usaha jamurnya. Awal Januari 2021 proposal diajukan dan akhir Februari 2021 pencairan dana bantuan yang kedua disalurkan PTBA.

“Syukur Alhamdulillah. Allah masih saya dengan kami, PTBA masih percaya dengan memberikan kembali bantuan bantuan modal untuk usaha jamur tiram melalui dana hibah sebesar Rp15 juta,” katanya.

Rahmawati kini kembali menjadi bagian dari binaan Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) Jamur kelompok jamur tiram “Bukit Mandiri” di Desa Keban Agung Kecamatan Lawang Kidul. Kini Rahmawati dan suaminya yang sudah tidak lagi bekerja membuka lembaran usaha jamur tiram kembali.

“Bantuan ini membuat usaha jamur tiram kami kelola mulai bangkit dari keterpurukan. Bulan Juni kemarin sudah panen perdana sebanyak 5.000 baglog,” tambahnya.

Rahmawati dengan adanya bentuk tanggung jawab sosial dari PTBA untuk maju dan berkembang bersama lingkungan sehingga bantuan yang diberikan benar-benar bisa dirasakan.

Menurut Rahmawati dengan kepercayaan dari BUMN melalui pola mitra binaan PTBA dirinya bertekad kan tetap mempertahankan dan terus meningkatkan kreasi produk olahan jamur dengan menambah banyak lagi varian-varian menarik dari jamur, sehingga tetap eksis dan memperluas pangsa pasar.

Memang jamur tiram merupakan salah satu jamur kayu yang sanggat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki citarasa yang khas jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram dapat dijadikan sebagai salah satu bahan makanan alternatif yang dapat menyuplai kebutuhan protein karena mengandung 10,5-30,4 persen protein.

Dan budidaya jamur tiram adalah salah satu produk komersial dan dapat di kembangkan dengan tehnik yang sederhana dengan meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

Di banyak pasar selain di Tanjung Enim dan Muara Enim, di Palembang permintaan pasar akan jamur tiram terus meningkat seiring perkembangan zaman. Seiring bertumbuhnya ekonomi kreatif dengan sentuhan digital pangsa pasar jamur tiram dengan beragam produksinya bisa menjadi bagian marketing digital.

Editor : Maspril Aries

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button