Nostalgia Bermain Meriam Bambu Dibulan Ramadhan
EkbisNews.com – Setiap daerah di Indonesia memiliki ragam budaya untuk menyambut bulan suci Ramadan. Salah satunya adalah Meriam bambu. Permainan tradisional yang cukup populer dan ada hampir di seluruh wilayah nusantara ini memiliki beragam nama, yaitu bedil bambu, mercon bumbung, long bumbung, dan masih banyak lagi. Selain pada bulan puasa, permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak laki-laki dalam rangka memeriahkan hari-hari menjelang hari raya dan peringatan hari besar agama maupun adat.
Sebutan Meriam Bambu di Nusantara
Di sejumlah daerah di Indonesia dan wilayah Melayu serumpun lainnya, permainan tradisional ini dikenal dengan nama meriam bambu, di daerah-daerah lain di Indonesia lainnya juga dikenal dengan nama yang berbeda.
Di sejumlah daerah di wilayah Melayu, misalnya di Pangkal Pinang, meriam bambu disebut dengan bedil bambu. Di Minangkabau disebut meriam betung atau badiabatuang, lalu di Aceh disebut dengan bahasa lokal te`t beude trieng.
Di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, permainan ini lebih familiar dengan penamaan mercon bumbung atau long bumbung. Di Banten dan di sejumlah daerah lainnya di tanah Sunda disebut dengan istilah bebeledugan. Sementara itu, masyarakat Gorontalo di Sulawesi dan suku bangsa di wilayah Indonesia bagian timur lainnya menyebut permainan ini dengan nama bunggo.
Sejarah Meriam Bambu
Asal-usul pemainan ini diperkirakan terinspirasi dari senjata yang digunakan oleh bangsa Portugis ketika menjajah wilayah nusantara pada abad ke-16 Masehi. Bagi orang pribumi pada waktu itu, kehadiran meriam sangat menjadi perhatian. Dari cerita tersebut, permainan meriam bambu atau bedil bambu diwujudkan dalam bentuk “meriam” yang dibuat dari bahan bambu. Cara memainkannya pun hampir sama dengan penggunaan meriam yang sebenarnya, yaitu dengan menyulut lubang pada bambu dengan api. Walaupun membahayakan, permainan meriam bambu ini sangat digemari oleh anak-anak dan kaum remaja laki-laki di banyak daerah di Indonesia. Bahkan sekumpulan kelompok pemain meriam bambu berlomba-lomba membunyikan meriam dengan suara ledakan paling keras. Karena terlalu kerasnya suara dentuman yang ditimbulkan, tidak jarang meriam bambu bisa menjadi pecah terbelah menjadi dua bagian.
Menjadi Tradisi
permainan meriam bambu sudah menjadi tradisi yang secara turun-temurun dimainkan dengan sangat rutin, bahkan momen-momen tertentu, misalnya pada sepanjang bulan Ramadan, hari raya, maupun hari-hari besar keagamaan lainnya dan dalam beberapa acara adat.
Meriam bambu sangat sering dibunyikan untuk memeriahkan bulan puasa dan untuk menyambut hari raya Idul Fitri, terutama pada malam takbiran atau malam sebelum Lebaran tiba. Selain itu, beberapa kalangan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia dan negeri-negeri Melayu serumpun juga menggelar acara permainan meriam bambu ini dalam rangka peringatan hari-hari besar keagamaan dan acara-acara adat, seperti perkawinan, khitanan, serta upacara adat lainnya