LifeStyle

Menteri LHK : Jurnalisme Lingkungan Sangat Penting

Bedah Buku “Bonita: Hikayat Sang Raja”

EkbisNews.com, Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyelenggarakan bedah buku berjudul “Bonita: Hikayat Sang Raja” yang ditulis wartawan Haidir Anwar Tanjung. Acara yang berlangsung Jumat (27/11) di Arboretum Gedung Manggala Wanabakti langsung dihadiri Menteri LHK Siti Nurbaya, Wakil Menteri LHK  Alue Dohong, Gubernur Riau Syamsuar, Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi dan dipandu Direktur Jendral KSDAE Wiratno.

Menteri LHK menyatakan perlunya sinergi antara pers dan pemerintah khususnya Kementerian LHK. Menurutnya, “Jurnalisme lingkungan itu sangat penting. Selama ini Kementerian LHK sudah merintisnya di Riau dengan diseminasi Karhutla dan lain-lain tapi baru di Riau. Ke depan saya akan minta Pak Wamen, Pak Sekjen, Pak Dirjen dan Karo Humas ini menjadi perhatian.”

Menurut Siti Nurbaya, persoalan lingkungan itu banyak bukan hanya pada Direktorat Jendral Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE). “Perlu kita diskusikan bagaimana Kementerian LHK atau pemerintah khusus lingkungan dan kehutanan kita kembangkan atau bagaimana  caranya terhadap ampuhnya, atau makna dan berartinya kekuatan jurnalisme lingkungan untuk bangsa Indonesia.”

Kementerian LHK dalam beberapa tahun terakhir menurut Menteri Siti Nurbaya, telah melaksanakan berbagai kegiatan diantaranya Forum Pojok Iklim dan lain-lain dengan memberikan pengetahuan serta pada gross root.

“Presiden Joko Widodo menekan betul kepada saya bahwa sekarang ini sebetulnya untuk lingkungan yang paling dipentingkan adalah implementasi. Jadi tunjukkan pekerjaan itu, jangan asumsi, jangan ngomong-ngomong, jangan linier. Ini sangat relevan,” ujarnya.

Menteri LHK Siti Nurbaya menyatakan akan mendorong sinergi dengan kalangan pers atau jurnalis untuk dapat menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat tentang upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia.

Hikayat Pujangga Melayu

Acara bedah buku “Bonita: Hikayat Sang Raja” berlangsung off air dan zoom meeting menghadirkan editor buku Syahnan Rangkuti, pembahas M Ali Imron pakar satwa liar dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM), Suratman Woro Suprojo pakar landscape guru besar Fakultas Geografi UGM serta pemerhati lingkungan Valerina Daniel dan Regina Safri.

Lihat Juga  Presiden COP-26 Puji Indonesia “Climate Super Power”

Menurut Menteri Siti Nurbaya, membaca buku “Bonita : Hikayat Sang Raja”  seperti menikmati novel cerita, hikayat para pujangga, sastra Melayu yang sangat indah. “Saya dapat menjamin dan menyakinkan anda sekalian, buku ini sangat menarik dan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Ini menunjukkan bahwa kualitas almarhum sebagai penulis, sangat luar biasa. Suatu kehormatan dapat mengenal dan bekerja sama dengan almarhum,” katanya.

Sementara editor buku Syahnan Rangkuti mengungkapkan, peluncuran dan bedah buku berlangsung setelah penulisnya Haidir Anwar Tanjung dipanggil Sang Khalik. Haidir yang berprofesi sebagai wartawan Detik.com meninggal dunia 19 November 2020.

Buku yang lahir dari reportase tentang evakuasi dan penyelematan harimau Sumatera di Provinsi Riau tersebut menurut Syahnan, ide penulisan lahir setelah harimau Bonita berhasil dievakuasi pada 20 April 2018 namun rencana itu tak kunjung terealiasi. “Rencana penulisan buku ini sempat maju mundur. Ada keraguan kalau buku ditulis siapa yang akan menerbitkan?” ujar wartawan senior harian Kompas di Riau.

“Akhir 2019 mulai ada titik terang ada sponsor yang akan membantu dan meminta saya menjadi editor. Saya sempat berpikir, apa lagi yang mau ditulis Haidir karena bahan-bahan dari lapangan sudah ditulisnya. Tapi saya tidak mau mematahkan semangatnya,” ujar Syahnan yang pernah bertugas di Sumatera Selatan (Sumsel).

“Setelah Haidir menulis dan mengirim draft naskah tulisan,” ujar Syahnan, “Setelah saya membacanya, saya mulai tertarik. Ternyata isinya lebih banyak kisah atau peristiwa di balik berita yang tidak pernah direkam atau ditulis media sebelumnya.”

Menurutnya pada bagian pertama tulisannya diberi judul “Bokong Mbak Rahmi.” “Ini ciri Haidir terkadang nakal dalam memberi judul. Saya tidak berusaha mengganti judulnya, saya biarkan ciri khasnya yang muncul. Saya lebih banyak memoles sedikit tulisannya.”

Lihat Juga  Kampanye Anti Narkoba di Muba dengan Kesenian Senjang

Syahnan pun meyakinkan, ada banyak kisah menarik dalam buku “Bonita Hikayat Sang Raja.” Seperti, tentang kematian korban kematian Jumiati yang sejak awal sampai akhir dilihat orang. Ada saksi mata yang melihat proses kematian yang sangat mengerikan.

“Tapi Haidir menulisnya dengan penuh humor, sehingga kengerian itu tidak terasa. Ada ketakutan, kengerian tapi tercampur rasa geli. Emosi kita seperti diaduk. Dalam buku ini ada rasa kemarahan dari penduduk dan juga ada yang sulit diterima nalar. Ada kisah unik dan mistis,” katanya.

Menurut pemerhati lingkungan Valerina Daniel, buku “Bonita : Hikayat Sang Raja” menjadi buku pertama referensi tentang harimau Sumatera yang tulis oleh orang Indonesia.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman saat menjadi Duta Lingkungan 2008, saat akan menulis pidatonya yang akan disampaikan pada acara World Bank, dirinya kesulitan mendapat buku referensi tentang harimau, waktu itu ada satu buku yang ditulis penulis asing yang ditulis tahun 1995.

“Saya senang sekali, sekarang kalau ada ada yang bertanya tentang harimau di Indonesia sudah ada bukunya, ditulis orang Indonesia bukan orang asing,” kata mantan news anchor sebuah stasiun televisi swasta.

Pada acara bedah buku tersebut Kementerian KLH memberikan penghargaan Lifetime Achievement Award For Excellence Journalism On Wildlife Conservation And Environment Safeguard atau penghargaan sepanjang hidup atas keunggulan dalam jurnalisme di bidang konservasi satwa langka dan pelestarian lingkungan.

Penghargaan diberikan atas segala jasa dan konsistensi Haidir Anwar Tanjung dalam berkarya selama lebih dari 20 tahun dalam jurnalisme di bidang konservasi satwa langka dan pelestarian lingkungan. Penghargaan yang diberikan Kementerian LHK untuk pertama kalinya diberikan Menteri Siti Nurbaya kepada istri almarhum.

Menteri Siti Nurbaya juga memberikan bantuan beasiswa pendidikan kepada dua orang anak almarhum Haidir Anwar Tanjung, masing-masing sebesar Rp45 juta.

Editor : Maspril Aries

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button