NASIONAL

Menanti Mimpi Naik Kereta Cepat Jakarta – Bandung

Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi

Pembangunan kereta cepat Jakarta – Bandung adalah bagian dari upaya pemerintah mengejar ketertinggalan Indonesia pada sektor infrastruktur.

Saat berada dalam gerbong kereta cepat Shinkasen dari Tokyo menuju Osaka saya bertanya dalam hati, kapan bisa naik kereta cepat seperti ini di Indonesia. Menikmati kenyaman, keamanan dan kecepatan waktu tempuh yang jelas tepat waktu. Saat kembali ke tanah air, tersiar kabar berita, pemerintah akan membangun kereta cepat Jakarta – Bandung.

Kapan mimpi itu bisa terwujud? Memang masih butuh waktu. Menurut Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, proyek kereta cepat Jakarta – Bandung diharapkan bisa selesai akhir tahun 2022 atau awal 2023. Di tengah pandemi Covid-19 pembangunan koridor Jakarta – Bandung sudah mencapai sekitar 60 persen.

Pembangunan kereta cepat Jakarta – Bandung adalah bagian dari upaya pemerintah mengejar ketertinggalan Indonesia pada sektor infrastruktur. Menurut Prof Demurger, seorang guru besar ekonomi pembangunan dari Universitas Auvergne, Perancis tahun 2000 menyatakan bahwa infrastruktur adalah faktor utama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.

Di Indonesia pembangunan sektor infrastruktur termasuk terendah di dunia, Asia dan Asia Tenggara. Dari kajian World Economic Forum tahun 2014, posisi Indonesia dalam kualitas infrastruktur masih menempati peringkat 92 dari 144 negara dengan poin 3,7. Secara statistik peringkat Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Filipina yang berada di peringkat 98. Namun jauh dibawah Singapura yang menempati peringkat ke-2 dan Korea Selatan pada peringkat 22, China peringkat 69, dan India peringkat 87.

Akibat dari kualitas infrastruktur Indonesia berakibat biaya logistik yang tinggi dan tidak kompetitif. Indeks performa logistik Indonesia tahun 2014 berada pada kisaran 3,08. Sudah banyak studi menyebutkan, bahwa infrastruktur memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi serta memiliki keterkaitan yang luas dengan berbagai aspek pembangunan.

Kwik Kian Gie yang pernah menjadi menteri pada masa Presiden Megawati Soekarno Putri dalam buku “Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF” menulis bahwa “Secara makro, ketersedian jasa pelayanan infrastruktur akan mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersedian pelayanan jasa infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.”

Saat kabar rencana pembangunan kereta cepat di Indonesia tersiar ke dunia, pada 2014, ada dua investor dari dua negara yang berminat untuk merealisasikan rencana tersebut, yaitu Jepang dan Cina. Dua investor dari dua negara tersebut menyampaikan proposal kepada pemerintah Indonesia.

Dua negara tersebut sama-sama negara yang sudah memiliki moda transportasi kereta cepat. Kereta cepat di Jepang lebih dulu beroperasi. Kereta cepat Shinkansen pertama kali beroperasi pada 1 Oktober 1964 untuk menyambut Olimpiade Tokyo. Sudah 50 tahun lebih kereta cepat Shinkansen beroperasi di negeri sakura tersebut. Di Cina pembangunan kereta cepat baru dimulai tahun 1994.

Jepang adalah negara pelopor kereta api berkecepatan tinggi. Pada 1 Oktober 1964, Tokaido Shinkansen beroperasi untuk pertama kalinya melayani rute  Tokyo – Osaka yang berjarak 515 km dengan waktu tempuh sekitar tiga jam. Kereta Tokaido Shinkansen memiliki kecepatan 210 km/jam digerakkan satu unit electric motor bertenaga 25 kV AC, Automatic Train Control (ATC), Centralised Traffic Control (CTC), dan teknologi canggih lainnya.

Lihat Juga  Arus Balik, Diskon Tarif Tol 15 Persen Mulai Berlaku Hari Ini

Kemudian pada tahun 1972 Jepang mengoperasikan kereta cepat kedua, San’yo Shinkansen yang yang menghubungan Osaka dan Okayama dan pada 1975 diperluas ke Hakata. Jepang terus meningkatkan kualitas teknologi kereta cepat Shinkansen. Tahun 2020, Jepang akan meluncurkan kereta api Shinkansen Supreme yang memiliki kecepatan maksimum 300 km/jam dan terus akan ditingkatkan sehingga kereta cepat Shinkansen berkecapatan 360 km/jam.

Dibangunnya kereta api cepat pertama di Jepang antara Tokyo dan Osaka karena terjadi pertumbuhan ekonomi yang pesat di negeri Sakura tersebut. Pembangunan kereta api cepat adalah jawaban dari kebutuhan pertumbuhan ekonomi tersebut sekaligus untuk memperkenalkan kecanggihan sistem transportasi modern masa depan.

Sampai saat ini, Jepang selalu meningkatkan kereta jenis Shinkansen. Pada tahun 2020, Jepang akan meluncurkan kereta api Shinkansen Supreme yang memiliki kecepatan maksimum 300 km/jam. Selanjutnya, Jepang sedang menyiapkan kereta Shinkansen dengan kecepatan 360 km/jam.108

Bagaimana dengan kereta cepat di China? Sebelum China membangun jaringan kereta cepat, beberapa negara di Eropa mengembangkan lebih dulu sistem kereta cepat seperti Jerman, Perancis, Italia dan Spanyol. China mulai mengembangkan kereta api berkecepatan tinggi pada 2007.

1 Agustus 2008 China mulai mengoperasikan kereta api berkecepatan tinggi yang menghubungkan antara Beijing dengan Tianjin. Kereta cepat ini memiliki kecepatan 250 km melintas di atas rel sepanjang 120 km.

Dalam sebuah tulisannya berjudul “Jakarta Beijing Nan Bak Bandung Tianjin” tahun 2016 wartawan senior Dahlan Iskan menuliskan, “Benarkah proyek kereta cepat Jakarta–Bandung terinspirasi kereta cepat Beijing ke Tianjin?

Menurut Dahlan Iskan, Presiden Joko Widodo memang naik kereta cepat dari Beijing ke Tianjin. Saat kunjungan kenegaraan ke China tahun 2015. Dahlan Iskan pernah tinggal di Tianjin hampir selama dua tahun menggambarkan, Tianjin dari kota industri kumuh, berdebu, berbau dan belum ada jalan tol. Perjalanan Beijing – Tianjin ditempuhnya dengan naik bus dalam waktu lima jam perjalanan. Tianjin yang dulu dikenal sebagai kota buruh, miskin dengan asap hitam di langit dan penuh cerobong pabrik seperti berlomba melukai langit, telah berubah menjadi kota industri yang maju.

Kehadiran kereta api cepat menjadi salah satu faktor pendorong perubahan kota pelabuhan yang menjadi gerbang Beijing. Menurut Dahlan Iskan menulis, “Lalu, dibangun pula jalur kereta cepat. Jarak 140 km itu hanya ditempuh dalam 29 menit. Setelah ada kereta cepat, saya hampir selalu naik ini. Keretanya banyak banget. Tiap 15 menit, ada pemberangkatan. Pada jam sibuk tiap 10 menit. Hampir selalu penuh.”

Menurut mantan Menteri BUMN pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Tiongkok atau China memang relatif muda di teknologi itu (kereta cepat). Tapi, yang muda belum tentu kalah. Harus diakui: Kereta tercepat di dunia saat ini ada di Tiongkok. Kereta cepat terpanjang di dunia saat ini di Tiongkok. Produksi kereta cepat terbanyak saat ini: Tiongkok.

Kini di China sudah ada kereta cepat Beijing–Guangzhou. Delapan jam. Jaraknya hampir sama dengan dari Jakarta ke Bangkok. Ada jalur Shanghai–Kunming. Ada lagi Beijing–Shanghai. Atau Shanghai–Shenzhen.

Ke mana pun di Tiongkok, kini ada kereta cepat: 300 km per jam. Bahkan, awal-awalnya dulu Beijing–Tianjin atau Shanghai–Hangzhou dijalankan 319 km per jam. Saya suka memotret display digital di gerbongnya. Saat perjalanan menunjukkan angka 319.

Lihat Juga  Ombudsman Minta Larang Pekerja- Turis Asal China Masuk ke RI

Rencana Pembangunan kereta api cepat di Indonesia bukanlah sebuah rencana yang tiba-tiba saja muncul. Tahun 2011 Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan merancang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas). Dalam RIPNas  tersebut tercantum strategi pengembangan perkeretaapian nasional.

Strategi tersebut mencakup 1) Pengembangan jaringan dan layanan perkeretaapian. 2) Peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian. 3) Alih teknologi dan pengembangan industri perkeretaapian. 4) Pengembangan sumberdaya manusia perkeretaapian. 5) Pengembangan kelembagaan penyelenggaraan perkeretaapian. 6) Investasi dan pendanaan perkeretaapian.

Kemudian Pemerintah pada masa Presiden SBY meluncurkan program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Untuk mewujudkan tujuan MP3EI membutuhkan kereta api berkecepatan tinggi yang menghubungkan antara Jakarta – Surabaya dan Jakarta – Bandung.

Pembangunan kereta cepat Jakarta – Bandung yang menjadi proyek utama dalam Maste Plan Jabotabek Metropolitan Priority Area (MPA). Pada 2012 dilakukan studi kelayakan untuk merealisasikan MPA yang didanai oleh Japan International Cooperation Agency (JICA). Studi kelayan dilakukan oleh Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism (MLIT) Jepang.

Setelah studi kelayakan selesai, sampai 2014 Presiden Susilo Yudhoyono mengakhiri masa jabatannya rencana pembangunan kereta cepat Jakarta – Bandung tak kunjung terealisasi. Rencana ini lalu dilanjutkan Presiden Joko Widodo dengan kebijakan baru memberikan peluang kepada negara lain selain Jepang melakukan studi kelayakan kereta api berkecepatan tinggi antara Jakarta – Bandung. China pun datang dengan membawa proposal kepada Pemerintah Indonesia.

Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan investor dari China yang akan mewujudkan rencana kereta api cepat di Indonesia sekaligus yang pertama di Asia Tenggara. Penandatangan nota kesepahaman dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dengan Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China pada 26 Maret 2015 di Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping.

Untuk pembangunan kereta cepat Jakarta – Bandung Presiden Jokowi menyatakan dalam pendanaan tidak menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Kerjasama Indonesia dan investor China menggunakan skema Bussiness to Bussiness (B to B) antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan investor swasta.

Lalu pada tanggal 2 Oktober 2015, dibentuk perusahaan konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang terdiri dari PT Wijaya Karya, PT Kereta Api Indonesia, PT Perkebunan Nusantara VIII, dan PT Jasa Marga. Konsorsium empat BUMN tersebut menanamkan investasinya untuk proyek kereta cepat Jakarta – Bandung.

Lalu pada 16 Oktober 2015, PT PSBI menandatangani kesepakatan Joint Venture Agreement (JVA) dengan China Railway International Co. Ltd. Kesepakatan ini membentuk Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang bernama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dengan komposisi kepemilikan saham 60 persen PSBI dan 40 persen China Railway International Co. Ltd.

Harapan untuk mewujudkan mimpi naik kereta cepat di tanah air sendiri tersandar pada PT KCIC. PT KCIC masih butuh waktu dua atau tiga tahun lagi mewujudkan mimpi naik kereta cepat Jakarta – Bandung yang berjarak 142,3 km.  𝞨𝞨

Editor : MA

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button