Legenda Angkat Besi dan Eko Yuli Irawan
Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi
Tak salah jika kemudian banyak anak-anak dan remaja datang atau diantar orang tuanya ke Padepokan Gajah Lampung
Setelah menyaksikan penampilan Eko Yuli Irawan yang berhasil meraih medali perak pada Olimpiade 2020, saya teringat pada seorang pria bernama Liu Nyok Siong. Kelak pria itu lebih dikenal dengan nama Imron Rosadi dan dijuluki “Gajah Lampung.”
Nama Imron Rosadi menjadi dikenal dan terkenal setelah berhasil menjadi atlet dari Provinsi Lampung yang sukses meraih medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON). Imron Rosadi yang lahir 5 Maret 1944 di Pringsewu berhasil meraih medali emas pada PON VII di Surabaya sekaligus menjadi medali emas pertama bagi Provinsi Lampung pada pekan olahraga multi even tersebut.
Apa hubungannya antara Imron Rosadi dengan Eko Yuli Irawan sang peraih empat medali dari empat Olimpiade? Hubungan antara keduanya adalah sama-sama menekuni cabang olahraga angkat besi, sama-sama berasal dari Provinsi Lampung.
Imron Rosadi sang Gajah Lampung memang tak ada hubungan langsung dengan Eko Yuli Irawan. Eko yang lahir dan besar di Metro, bukanlah atlet atau lifter yang langsung ditemukan Imron Rosadi seperti ia menemukan lifter-lifter kelas dunia lainnya.
Eko Yuli Irawan asal Metro adalah lifter yang ditemukan dan pertama kali dilatih oleh Yon Haryono. Yon Haryono sebelum menjadi pelatih angkat besi adalah lifter yang dibina dan dilatih langsung oleh Imron Rosadi sehingga menjadi pelatih nasional. Di situlah titik singgung atau benang merah antara sang Gajah Lampung Imron Rosadi dengan Eko Yuli Irawan lifter peraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020.
Siapa Eko Yuli Irawan? Sudah banyak media menulis dan mengulasnya yang ditebar dari media massa dan media sosial (medsos) semua membicarakan dan menulis tentang lifter kelahiran 24 Juli 1989.
Di dunia angkat besi Indonesia, nama Eko Yuli Irawan dan Imron Rosadi adalah sama-sama menjadi legenda. Imron Rosadi adalah legenda angkat besi Indonesia yang banyak melahirkan atlet kelas nasional dan dunia. Imron Rosadi menjadi juara nasional angkat besi sejak 1965-1979 dan selalu mempersembahkan medali emas bagi daerah kelahirannya Provinsi Lampung pada PON VII, VIII dan IX.
Nama Imron Rosadi semakin menjadi buah bibir saat menjadi pelatih sehingga berhasil mendongkrak peringkat Provinsi Lampung ke peringkat lima PON X yang berlangsung di Jakarta tahun 1981. Imron yang sudah pensiun sebagai lifter berhasil membawa anak-anak asuhannya menyumbang medali emas dari cabang angkat besi. Dua atletnya yang saat itu berkontribusi meraih medali emas adalah Joko Buntoro dan Hendrik Effendi.
“Joko Buntoro atau Bayong dan Hendrik Effendi merupakan lifter pertama saya yang menjadi juara nasional,” kata Seng Ong nama lain dari Imron Rosadi pada sebuah kesempatan wawancara di Pringsewu.
Mengenal dari dekat Imron Rosadi adalah saat beberapa kali mewawancarainya, termasuk wawancara di padepokan Gajah Sena Lampung di Pringsewu yang berjarak sekitar 40 km dari Bandarlampung. Padepokan ini sekaligus menjadi tempat tinggal dan tempat menempa anak-anak asuhannya menjadi lifter kelas dunia untuk angkat besi dan angkat berat.
Saat masih pelajar SMA saya sempat beberapa kali melihat sosok Imron Rosadi berada di rumah mertuanya yang menempati sebuah rumah toko (ruko) letaknya berada di simpang Kaliawi, Bandarlampung atau tepatnya di ujung Jalan Haji Agus Salim yang berada di seberang Bank Danamon di Jalan Kartini. Setiap pergi dan pulang sekolah saya selalu lewat di depan ruko itu.
Sukses dan prestasi cabang angkat besi bagi Provinsi Lampung selain berkat sentuhan tangan dingin Imron Rosadi juga berkat perhatian dan pembinaan Gubernur Lampung pada era 80-an Poedjono Pranyoto yang dikenal cinta olahraga. Pada masa kepemimpinannya untuk pertama kali Provinsi Lampung berada pada peringkat lima besar PON atau peringkat pertama di luar Jawa setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Pada masa itu, angkat besi menjadi primadona dan cabang andalan Lampung pada setiap PON selain cabang renang dan panahan. Sejak PON X – 1981 cabang angkat besi dan angkat berat adalah tulang punggung sekaligus lumbung medali bagi Lampung dalam mendulang medali emas PON.
Tak salah jika kemudian banyak anak-anak dan remaja datang atau diantar orang tuanya ke Padepokan Gajah Lampung untuk ikut latihan dan bercita-cita menjadi lifter nasional. Tak hanya dari daerah di Provinsi Lampung, atlet Malaysia juga pernah latihan di padepokan Imron Rosadi. “Saya selalu menerima siapa saja yang mau berlatih di Pringsewu untuk meningkatkan prestasi,” katanya.
Seperti kisah Yon Haryono ikut bergabung di padepokan yang didirikan Imron Rosadi karena cerita dari tetangganya Joko Buntoro (almarhum). Joko Buntoro bercerita kepada Yon tentang enaknya menjadi atlet angkat besi yang bisa jalan-jalan ke luar negeri. Yon Haryono pun tertarik untuk menjadi lifter. Tahun 1981 Yon yang masih duduk di bangku kelas V SD lalu bergabung dengan Padepokan Gajah Lampung dan langsung mendapat latihan dari Imron Rosadi.
Selain nama-nama tersebut adalah sejumlah lifter lainnya dari padepokan Gajah Lampung yang berhasil meraih di Olimpiade, salah satunya lifter putri Citra Febrianti. Citra yang turun di kelas 53 kilogram berhasil meraih medali perak.
Namun medali perak yang diraih Citra Febrianti pada Olimpiade London 2012 baru bisa menjadi miliknya setelah Olimpiade tersebut delapan tahun kemudian. Tepatnya baru pada Desember 2020 medali perak menjadi miliknya.
Citra Febrianti pada Olimpiade London berada pada peringkat keempat setelah peraih medali emas lifter asal Kazakhstan Zulfiya Chinshanlo, medali perak Shu Ching dari China Taipe dan medali perunggu menjadi milik Christina Lovu dari Moldova.
Namun kemudian, International Olympic Committee (IOC) pada 19 Oktober 2016 mendiskualifikasi Zulfiya dan Christina karena berdasarkan klasifikasi yang dibuat federasi angkat besi internasional (IWF) keduanya terbukti menggunakan dopping.
Pada 19 November 2020 IOC mengeluarkan keputusan menetapkan medali emas pada kelas 53 kilogram putri menjadi milik Shu-Ching dari China Taipe, medali perak diberikan kepada Citra Febrianti dari Indonesia dan medali perunggu kepada Iulia Paratova dari Ukraina. Citra pun berhak atas bonus sebesar Rp400 juta dari pemerintah dan Rp100 juta dari Pemerintah Provinsi Lampung.
Pada Olimpiade London cabang angkat besi menjadi lumbung medali Indonesia dengan meraih dua perak dan satu perunggu. Medali perak diraih Citra Febrianti dan Triayatno yang turun pada kelas 69 kilogram dan perunggu dipersembahkan Eko Yuli Irawan.
Menurut Imron Rosadi, angkat besi itu bukan hanya olah raga yang terkait dengan otot, tapi juga otak. Seperti bagaimana mengatur strategi angkatan seorang lifter pada saat bertanding. Strategi itu butuhkan untuk mengantisipasi strategi lawan untuk jumlah beban angkatan.
Imron Rosadi bukan hanya legenda tapi ia juga tokoh membantu mengubah hidup orang susah menjadi lebih baik. Imron tidak memberi umpan tapi ia memberi kail agar kehidupan seorang atlet dan keluarganya menjadi lebih baik.
Imron Rosadi bercerita tentang lifter Sutrisno dan Lukman. “Sutrisno saya temukan dari jalanan. Dia awalnya takut-takut, tetapi saya biarkan dia masuk sasana. Kini sukses telah jadi orang, sudah bisa beli rumah sendiri,” katanya.
Demikian pula dengan lifter Lukman, menurut peraih penghargaan tokoh olahraga inspiratif tahun 2019 dari sebuah stasiun televisi swasta, Lukman selain sukses sebagai atlet, juga sukses sebagai pelatih tim nasional Indonesia dan pernah menjadi pelatih lifter nasional Thailand. Sang Gajah Lampung banyak melahirkan lifter dan generasi penerus kepelatihannya.
Angkat Besi Pemberdayaan
Dalam sebuah jurnal ilmiah dari penelitian Claudia Juaneta Shahnaz berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Potensi Olahraga Angkat Besi : Studi Terhadap Padepokan Gajah Lampung Tahun 2016” menyebutkan bahwa, “Usaha pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan potensi olahraga angkat besi yang dilakukan oleh pihak Padepokan Gajah Lampung dalam melakukan pemberdayaan masyarakat sudah dilakukan dengan maksimal dan berhasil sesuai dengan tujuan awal dan visi dan misi yang ada pada Padepokan Gajah Lampung.”
Dari hasil penelitian diketahui proses dalam pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh pihak Padepokan Gajah Lampung yaitu penerimaan atlet, pelatihan oleh Padepokan Gajah Lampung, pendataan atlet berprestasi, pemberian gaji dan bonus.
Padepokan Gajah Lampung juga melakukan kemitraan dengan pemerintah guna mengembangkan secara maksimal pemberdayaan yang ada di Padepokan Gajah Lampung dengan Dinas Pemuda dan Olahraga. Juga adanya kerjasama lainnya, seperti pengangkatan atlet sebagai Pegawai Negri Sipil untuk atlet Padepokan Gajah Lampung yang berprestasi serta bantuan dana oleh pemerintah.
Kini sang legenda Gajah Lampung di Padepokan Gajah Lampung juga menurunkan ilmu kepelatihannya dengan membina langsung pelatih-pelatih muda yang akan menjadi pembina dikemudian hari.
Kini dan ke depan, angkat besi meski bukan cabang olahraga yang populer,nNamun prestasi atlet angkat besi di Olimpiade tetap membanggakan Indonesia pada setiap penampilan para lifter Indonesia di Olimpiade.
Melalui cabang angkat besi dan cabang olahraga lainnya dari Olimpiade Tokyo 2020 di tengah pagebluk melanda dunia ternyata olahraga mampu membangun nasionalisme, merawat nasionalisme dan menjadikan nasionalisme landasan untuk membangun bangsa dan negara. Nasionalisme merupakan nilai yang harus tertanam dan tumbuh dalam diri warga negara Indonesia.
Selamat bertanding atlet Indonesia. Raihlah prestasi terbaik. ∎
Editor : MA