EKBISNEWS.com – Janganlah kalian menjadi orang yang suka menebar kebencian, karena itu tidak disukai oleh Allah. Apalagiampai berkelahi yang akhirnya bisa melukai bahkan membunuh diantara sesama. Allah sangat benci. Tetapi jadilah orang yang menebar kasih sayang, karena Allah akan menyayangimu.
Bila mengutip Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “ Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang.” (HR At-Thobroni). Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: “Para pengasih dan penyayang dikasihi dan di sayang oleh Ar-Rahmaan (Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang-pen), rahmatilah yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yagn ada di langit”.”(HR Abu Dawud dan At-Thirmidzi)
Jangan Membenci
Amran mengatakan, pada masa sekarang ini seringkali orang suka menabur keencian yang padagilirannya bisa membuat kegaduhan bahkan perkelahian hingga pembunuhan. Kita masih ingat adanya seorang dituduh pencuri speeker di sebuah masjid, lalu dibakar hingga meninggal. Ini adalah sebuah kejadian yang memilukan.
Kejadian serupa ada-ada saja terjadi di tengah masyarakat. Belum apa-apa sudah membunuh. Padahal dalam Islam membunuh bukanlah sebuah keputusan yang boleh. Jangan oranmg banyak tidak suka, Allah pun tidak membolehkan pembunuhan kecuali dengan alasan hukuman dan dilakukan oleh petugas. Misalnya kisos. Kalau diantara sesame, ada perkelahian jelas tidak boleh hukumnya.
Syariat Islam manusia hendaklah menjaga nyawa manusia. Nyawa seorang muslim memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Alloh Tha’ala. Namun manusia yang zolim ini telah banyak menyalahi syariat yang mulia dari Allah itu.
Kekal Di Neraka
Nyawa manusia sekarang seakan sangat murah sekali. Berita tentang pembunuhan bukanlah hal asing lagi yang menghiasi berita di negara kita. Hutang ratusan ribu saja harus ditebus dengan hilangnya nyawa.
Di sisi lain muncul orang-orang yang mengatasnamakan Islam, membunuh orang-orang yang notabene beragama Islam baik dengan pengeboman maupun tindakan brutal lainnya. Padahal dengan tegas Alloh subhanahu wa ta’ala telah melarang perbuatan tersebut bahkan mengancam pelakunya dengan ancaman yang sangat tegas, kekal dalam Jahanam, mendapatkan murka dan laknat Alloh.
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93)
Oleh karena itu, kata Ustadsz Amran, adalah sebuah pilihan yang sangat cerdas dalam beragama terutama mereka yang beriman untuk saling menyayangi. Dan menaburkan kasih sayang itu kepada sesama umat Islam. Karena dengan begitu maka kasih sayang jugalah yang akan berbalas bagi sasamanya.
Sungguh orang-orang yang ingin memperoleh perlindungan dan kasih sayang dari Allah, adalah mereka yang saling menyayangi dan saling membela untuk kebenaran dan untuk persaudara yang imani.(*)
Tabur Kebaikan Setiap Saat
Pertanyaan yang sering muncul dari banyak orang, adalah bagaimana kita bisa banyak-banyak berbuat kebaikan kepada orang lain. Sebab, cara inilah yang bisa menghantarkan seseorang bisa menanamkan kebaikan dalam hatinya dan bagaimana ia berbuat kebaikan terus menerus dengan senang hati.
Dr. Yulia Tri Samiha, M.Si, Dosen Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah yang diwawancarai AsSajidin baru-baru ini menyebutkan bahwa untuk berbuat kebaikan memang banyak menemui kendala. Apalagi, bila seseorang ingin memperoleh imbalan dari perbuatan kebaikannya.
Oleh karena itu, hendaklah seseorang bisa ikhlas dalam perbuatannya, lagi jujur. Dalam pebuatan kebaikan obyeknya tidak boleh memilih-milih. Kebaikan dengan ikhlas hendaklah kepada setiap orang terutama mereka yang seiman dengan kita.
Apalagi mengharapkan dari perbuatan itu akan adanya imbalan. “jangan seperti itu. Kalo kita berbuat baik harus ikhlas, tidak memilih-milih orang dan juga jangan sampai ada niat untuk menerima imbalan. Inilah bentuk pemberan kebaikan kepada orang lain yang sangat mulia,”ujar Yulia.
Memberikan salam kepada sesame, dengan tidak memandang jabatan atau kelas ekonomi seseorang itu. Kepada siapapun kita harus bebuat kebaikan dengan tujuan orang dapat menikmati dengan bahagia pula kebaikan yang kita berikan kepadanya.(*)
Penulis: Bangun Lubis