Harga Karet Sumsel Anjlok Akibat Virus Corona
EkbisNews.com, Palembang – Harga karet Sumatera Selatan anjlok 12,8 persen dalam waktu sepekan sebagai dampak mewabahnya Virus Corona ke beberapa negara tujuan ekspor, khususnya China. Dampak negatif terhadap harga karet akan berimbas ke sektor lain apabila wabah memburuk.
Kepala Bidang Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian mengungkapkan, harga karet Sumsel sejak awal Januari fluktuatif cenderung stagnan yang berkisar antara Rp16-17 ribu per kilogram untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen. Namun, memasuki pekan ketiga Januari, harga karet terus menurun.
Tercatat penurunan terus terjadi sejak 21 Januari 2020. Pada 20 Januari, harga karet tercatat Rp17.151 per kilogram, turun menjadi Rp16.290 per kilogram pada 24 Januari. Pada Selasa 28 Januari, harga sempat naik Rp51 menjadi Rp16.312.
Namun pada Rabu (29/1) kemarin, harga anjlok Rp1.362 dalam satu hari menjadi Rp14.950 per kilogram untuk KKK 100 persen atau turun 12,8 persen sejak 20 Januari lalu.
Sementara untuk KKK 70 persen Rp10.465 per kilogram, KKK 60 persen Rp8.970 per kilogram. KKK 50 pesen Rp7.475 per kilogram, dan KKK 40 persen Rp5.980 per kilogram.
“China merupakan importir terbesar karet alam Indonesia. Kekhawatiran pelaku pasar akan Virus Corona menjadi sentimen negatif terhadap harga karet global. Saat ini terjadi serangan masal wabah Virus Vorona, otomatis kegiatan ekonomi di Cina menurun bahkan di beberapa sektor terhenti sama sekali,” ujar Rudi, Rabu (29/1).
Rudi menjelaskan, harga karet sepanjang pada 2020 sempat diprediksi naik 1,5 persen karena peningkatan permintaan untuk industri ban. Pulihnya perdagangan Amerika Serikat dengan China beberapa waktu lalu mempengaruhi hal tersebut.
Kendati demikian, merebaknya wabah virus corona di China membuat kegiatan ekonomi terganggu. Imbasnya pertumbuhan ekonomi diprediksi melandai dan menyebabkan permintaan karet dari China ke Indonesia berkurang.
“Lebih dari 40 persen penduduk Sumsel menggantungkan hidupnya dari komoditas karet. Daya beli masyarakat akan ikut terhantam. Pendapatan petani berkurang, turunnya kemampuan investasi petani dan mereka perlu mencari sumber penghasilan lain selain usaha tani karet. Bahkan dampak terburuk, akan ada alih fungsi lahan dari usaha tani karet ke tanaman lain yang dinilai lebih prospektif,” jelas Rudi.
Dinas Perkebunan akan melakukan upaya untuk membantu petani bisa bertahan dari harga karet yang rendah saat ini. Pihaknya akan memberikan bantuan bibit unggul berproduktivitas tinggi, membantu alat pasca panen dan bangunan Unit Pengolahan Hasil (UPH) di lima daerah. Dinas perkebunan pun akan menganjurkan petani untuk menanam tanaman sela sebagai tambahan pendapatan.
“Upaya lain yang bisa dilakukan yakni hilirisasi karet dan dan pembuatan inovasi yang dapat mendorong peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri. Serapan karet nasional harus ditingkatkan seperti proyek jalan aspal karet yang harus diperluas,” ujar dia.
Sementara itu Gubernur Sumsel Herman Deru berujar, pihaknya akan mencari solusi dengan mencari negara tujuan ekspor lain untuk menekan penurunan harga karet yang diimpor oleh China.
Lebih lanjut, ia berharap Virus Corona bisa segera diantisipasi dan ditemukan obatnya.
“Sangat wajar jika di sebuah negara yang sedang dilanda wabah, ekonominya stuck. Setiap ada kejadian ekstrem selalu berdampak, mudah-mudahan bisa berlalu dengan cepat,” ujar Herman.