Buku Sang Jendral “Perang” di Lahan Gambut
Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi
Pekan ketiga Oktober 2021 masuk pesan Whatsapp dari Dr Yenrizal yang menjabat Wakil Dekan I Fisip UIN Raden Fatah. Isinya, “Bang dimano posisi, ado titipan ini” yang dilampiri dengan foto sampul buku berjudul “Mengisi Ruang Kosong – Buah Pikir Tentara Rakyat.” Setelah foto tersebut diperbesar terlihat nama penulisnya Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo SIP.
Sebuah buku yang ditulis sang jendral bintang dua yang kini bertugas sebagai Panglima Divisi (Pangdiv) Infanteri 3 Kostrad yang bermarkas di Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Lama tidak berkomunikasi dengan lulusan Akademi Militer (Akmil) 1992 setelah tidak lagi berdinas di Sumatera Selatan (Sumsel). Sejak berpindah tugas dari Danrem 044/ Garuda Dempo Kodam II/ Sriwjaya, Kunto sempat menjabat Komandan Pusat Latihan Tempur Kodiklatad di Baturaja, lalu mendapat promosi menjadi perwira bintang satu saat menjabat Danrem 032/ Wirabraja Kodam I/ Bukit Barisan. Dari ranah Minang berpindah tugas ke bumi Pasundan dengan menjabat Kasdam III/ Siliwangi.
Setelah buku diterima, saya pun mengirim pesan ucapan terima kasih seraya menyampaikan akan membaca dan menulis resensi buku yang terbit September 2021 tersebut kepada sang jendral yang menjawab dengan stiker bergambar Hatur Nuwun dan pesan singkat, “Waduh Alhamdulillah Maspril, senang sekali saya kalau banyak masukannya nih.”
Janji memang harus dipenuhi. Setelah membaca buku setebal 193 halaman ternyata buku ini berbeda dengan buku pada umumnya yang ditulis perwira tinggi TNI atau militer. Buku “Mengisi Ruang Kosong – Buah Pikir Tentara Rakyat” bukan buku tentang biografi perwira TNI, juga bukan buku yang berisi pemikiran mantan prajurit atau perwira TNI yang sudah purnawirawan.
Buku ini adalah buah pikiran atau gagasan yang ditulis langsung oleh perwira TNI yang masih aktif. Mungkin buku seperti ini jumlahnya tak banyak atau bisa dihitung dengan jari. Salah satu dari yang tak banyak itu adalah buku yang ditulis Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo terbit September 2021.
Buku dengan editor Dr Yenrizal yang menjabat Wakil Dekan I Fisip Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang menghimpun 35 tulisan yang saling terkait disatukan oleh pilihan tema atau isu yang tengah mencuat pada saat tulisan tersebut ditulis.
Secara umum buku ini adalah himpunan tulisan artikel atau opini berisi ide atau gagasan tentang TNI (militer) dan lingkungan hidup. Bicara atau menuangkan pemikiran tentang TNI (militer) Kunto sudah tidak diragukan lagi. Ada beberapa tulisan yang terkait dengan TNI dalam buku ini, diantaranya tulisan berjudul “Tentara Rakyat,” “Tentara Rakyat Zaman Now,” “Mengisi Ruang Kosong, Refleksi di Hari Juang TNI AD,” “Koramil Moblie. Mendekat dan Berbuat,” serta “Latihan Tempur dan Binter.”
Sebagai prajurit TNI kecintaan terhadap bendera Merah Putih, Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ada dalam diri jendral kelahiran Malang, 15 Maret 1971 ini tidak perlu diragukan lagi. Kunto menulis, “Itu doktrin yang tidak bisa ditawar-tawar. Jika dulu jiwa raga yang dipertaruhkan, rela berkorban, sekarang hakikatnya juga sama.” (Hal. 69).
Dalam buku ini Kunto juga mengupas tentang TNI sebagai Tentara Rakyat. Menurutnya, “tantangan terbesar saat ini adalah kuatnya kuat gempuran sisi eksternal dengan berbagai pola non militer namun menggerus keutuhan internal satuan militer.” (Hal.1).
Lantas apa yang harus dan bisa dilakukan? Kunto memberikan jawabannya. Pertama, nilai-nilai dasar TNI tetap tidak berubah, fondasi kesatuan tidak pernah diutak-atik, yaitu tentara rakyat. Jangan memisahkan diri dari rakyat karena TNI dilahirkan dari rakyat. Sebagai ibu kandung, maka sangat tidak tepat jika ada anggota TNI yang berperilaku layaknya Malin Kundang.
Kedua, sebagai tentara rakyat, maka TNI dituntut berbuat sebanyak mungkin untuk kepentingan rakyat banyak. Apa yang ditulis Kunto Arief Wibowo tentang tentara rakyat tersebut tidak terlepas dari gagasan yang pernah diucapkan Panglima Besar TNI Jendral Soedirman tentang kesatuan tentara dengan rakyat yang kemudian dikenal dengan istilah Tentara Rakyat. “Ini terilhami kenyataan bahwa tentara dengan rakyat adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.” (Hal. 78).
Menurutnya, Jendral Besar Soedirman paham betul bahwa kekuatan TNI ada di rakyat. Ia menjalaninya selama proses perang gerilya, saat dalam kondisi sakit-sakitan, tetap mendapat bantuan dari rakyat. “Hanya ada satu tentara di republik ini yaitu TNI tentara rakyat. Jiwa TNI tak boleh berubah, amanah undang-undang dijalankan.” (Hal.4).
Selain pemikiran tentang militer atau TNI dalam buku ini Mayjen Kunto juga menuangkan gagasan dan pemikirannya tentang masalah lingkungan hidup. Ada dua isu utama yang menjadi bahasan seputar lingkungan hidup, yaitu masalah karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dan pencemaran Sungai Citarum. Tulisan tentang karhutla banyak ditulis saat Kunto menjabat Danrem 044/ Garuda Dempo di Palembang dan tentang Sungai Citarum saat dirinya menjabat Kasdam III/ Siliwangi.
Kunto sangat produktif menulis seputar karhutla. Diantaranya, “Jangan Lagi ‘Salahkan’ Gambut Saat Terjadi Karhutla,” “Asian Games Wajib Tanpa Asap,” “Berpikirlah Positif Soal Karhutla,” “Jangan Cari Untung di Lahan Gambut,” “Pantai Timur Sumatera, Kejayaan Sriwijaya dan Hankamnas,” “Perang di Lahan Gambut,” dan “Orang-Orang yang Bertaruh Nyawa di Lahan Gambut.”
Gagasannya tentang “Asian Games Wajib Tanpa Asap” memang terbukti, Asian Games XVIII yang berlangsung 18 Agustus – 2 September 2018 di Jakarta – Palembang, khusus di Palembang berlangsung lancar tanpa ada gangguan kabut asap yang dipicu karhutla. Tak salah jika kemudian Satuan tugas (Satgas) karhutla yang dipimpin Kol. Inf. Kunto Arief Wibowo waktu itu dinyatakan sebagai Satgas terbaik di Indonesia.
Saat menjabat Danrem di Sumsel, Kunto Arief Wibowo sangat produktif menyampaikan dan menuangkan ide atau gagasannnya di media massa lokal yang terbit di Palembang. Dalam buku ini ada tujuh tulisan tentang karhutla. Sebetulnya ada lebih dari tujuh opini Kunto tentang karhutla. Masih ada beberapa tulisan lainnya yang sepertinya terlewatkan dan tidak termuat dalam buku ini.
Seperti tulisan “Manajemen Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Guna Peningkatan Ekonomi Kerakyatan” yang termuat dalam jurnal ilmiah “Jurnal Studi Sosial dan Politik” edisi Vol. 3, No. 1, Juni 2019 yang diterbitkan UIN Raden Fatah. Artikel ini mengupas tuntas tentang karhutla dan penanganannya. Artikel ini tidak dimuat mungkin karena faktor teknis semata karena cukup panjang sebanyak 15 halaman.
Namun ada juga artikel lainnya yang sudah dimuat di media massa cetak dan online yang tidak dimuat, “Karhutla Penghargaan Terhadap Pembohongan” yang dimuat pada Sriwijaya Post, Senin, 19 Maret 2018.
Artikel tentang karhutla terlahir setelah Kunto saat menjabat Danrem 044/ Gapo memperkenalkan hasil kajian dan eksprimen ilmiah berupa produksi yang diberi nama “Bios 44” yang merupakan cairan mikro organisme yang mampu memadatkan lahan gambut dan menyuburkan tanah. Serta Busa “Nusantara Foam 44” yang sukses digunakan memadamkan api saat karhutla terjadi di Sumsel.
Dua produk ini mendapat pemberitaan luas dari media massa lokal dan nasional. Sampai kemudian Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengundang Kunto Arief Wibowo ke Jakarta untuk mempresentasikan Bios 44 dan Nusantara Foam 44 di Kementerian Kehutanan pada 11 Agustus 2016. Menteri LHK Siti Nurbaya memuji inovasi Korem 044/ Gapo tersebut.
“Ini inovasi keren banget Kementerian LHK akan membantu memberikan rekomendasi untuk memperoleh sertifikasi patennya dari Ditjen HAKI di Kementerian Hukum dan HAM,” kata Siti Nurbaya.
Produk Bios 44 kemudian dipamerkan sebagai sebagai inovasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada KTT Perubahan Iklim 2016 atau COP 22 yang dihelat di Marrakesh, Maroko, 7 – 18 November 2016.
Di Paviliun Indonesia pada COP (Conference of the Parties) 22 – The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Kunto Arief Wibowo tampil sebagai pembicara dengan topik ”Local Innovative Forest Fire Prevention and Land Supression.”
Yang terbaru produk Bios 44 berkolaborasi Flona mewakili Indonesia pada International Floriculture Expo di Florida, Amerika Serikat 16 – 18 September 2021.
Ide dan gagasan dari Kunto Arief Wibowo tidak hanya dituangkan dalam tulisan yang tersebar di media massa, tetapi mewujudkan dalam sebuah inovasi nyata seperti Bios 44 yang sampai kini masih banyak digunakan khususnya untuk menyuburkan tanah di Sumsel, Sumbar dan Jabar serta beberapa daerah lainnya.
Dalam menyampaikan idenya Kunto menulis seperti seorang penulis yang memiliki jam terbang lama. Gaya penulis dan kata yang menjadi pilihan dalam setiap tulisannya mengalir seperti aliran sungai Musi, tidak harus dengan mengerutkan kening dahulu untuk memahami apa yang disampaikannya. Buku ini menyajikan informasi layak kutip jika ingin dijadikan referensi ilmiah bagi para akademisi yang ingin menulis karya ilmiah.
Struktur penulisan pada setiap topik atau tema ditulis Kunto sama dengan struktur tulisan ilmiah pada umumnya. Ada pendahuluan, menyajikan masalah atau isu yang tengah hangat, ada kajian atau analisis dan memberikan solusi terhadap masalah yang diangkat.
Seperti pada tulisan berjudul “Tegak Adat Tegaklah Bangsa.” Dalam tulisan ini Kunto memotret kondisi yang terjadi saat ini, adat “diperalat” untuk kepentingan sekelompok orang.
Menurutnya, “Sekilas adat seperti tetap dimunculkan, tetapi sejatinya hanya menjadi tameng atau pun alat untuk memuluskan nafsu-nafsu individu.” (Hal. 112). Dalam pandangannya, dalam konteks kehidupan berbangsan dan bernegara, lembaga adat harusnya menjadi modal sosial utama sebagai penopang terwujudnya ketahanan nasional (tannas). Komunitas adat dalam kacamata tannas adalah komponen cadangan utama, sekaligus komponen pendukung.
Dalam tulisan itu Kunto menggagas perlunya revitalisasi demi tegaknya dan tegaknya bangsa. Ada lima hal yang menurutnya harus menjadi perhatian. 1. Berbenah mulai dari institusi adat itu sendiri. 2. Pahamilah persoalan dasar di seluruh anggota masyarakat tempat adat itu bernaung. 3. Adanya kaderisasi pengetahuan tentang segala hal mengenai adat kepada generasi berikutnya. 4. Adanya contoh-comtoh konkrit dalam bentuk best pratice yang terus dilakukan. 5. Sosok pemimpin adat yang selalu berperan. Jika sosok ini terkontaminasi virus liberalisme, individualistis maka selama itu keagungan adat sulit ditegakkan.
Kunto menarik kesimpulan yang bernas bahwa adat bukanlah sekedar tradisi seremonial belaka. Adat adalah guci yang berisi penuh dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak pihak. Guci ini harus dijaga dan dicuci jika memang sudah kotor.
Dari 35 tulisan yang tersaji dalam buku Mengisi Ruang Kosong” struktur penulisannya mirip dengan dengan “Tegak Adat Tegaklah Bangsa.” Jadi bagi siapa pun yang membaca bisa cepat menemukan masalah, kajian, solusi dan saran yang disampaikan. Pesan dari setiap artikel atau opini yang ditulis Kunto selalu menarik dan mudah dicerna karena ditulis dengan gaya yang “gurih.”
Jika kemudian buku ini akan dicetak ulang ada beberapa catatan yang harus diperhatikan. Editor buku harus mau mendaur kembali, yakni dengan memilah 35 tulisan dalam beberapa bagian atau bab. Mungkin bisa dikelompokan dalam dua bab. Bab pertama tentang militer dan bab kedua tentang lingkungan hidup. Pembagian ini akan membantu pembaca jika hanya ingin membaca tema tertentu saja.
Catatan lain yang juga menjadi perhatian editor adalah dengan mencantum sumber tulisan yang dihimpun dalam buku dengan mencantumkan nama media, waktu tersebut atau alaman website jika tulisan tersebut di media online. Memang di halaman 190 ada disebutkan sumber referensi tulisan, namun tidak mencantum waktu/ tanggal terbit.
Seperti tulisan berjudul “Mengisi Ruang Kosong, Refleksi di Hari Juang TNI AD” pada bagian akhir tulisan bisa dicantumkan secara lengkap sumber tulisan tersebut, yaitu https://korem032wbr.mil.id/2019/12/14/mengisi-ruang-kosong-refleksi-di-hari-juang-tni-ad/
Jika ada yang ingin membaca atau mengutip tulisan isi buku ini, bisa juga dengan mengunjungi website Korem 032/ Wirabraja (https://korem032wbr.mil.id/). Beberapa tulisan dari buku ini masih bisa dibaca versi digital pada website tersebut.
- JUDUL BUKU : Mengisi Ruang Kosong Buah Pikir Tentara Rakyat
Penulis : Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo, SIP
Editor : Dr Yenrizal, MSi
Penerbit : Deepublish
Cetakan : Pertama, September 2021
Tebal : 193 Halaman
Editor : MA