LifeStyle

“Ali Topan Wartawan Jalanan” itu Telah Pergi

Oleh : Maspril Aries
Wartawan Utama/ Penggiat Kaki Bukit Literasi

Tokoh Ali Topan dalam novel Teguh Esha menjadi representasi anak muda pada zaman tahun 1970-an dan 1980-an

Kabar duka itu datang pada Hari Buku Nasional 2021 yang jatuh tanggal 17 Mei 2021. Gol A Gong Duta Baca Indonesia menulis di laman Instagram-nya :

 “RIP, TEGUH ESHA!

*BERITA DUKA CITA* — Telah berpulang ke Sang Maha Pencipta…sahabat kita, wartawan yang juga sastrawan, *Teguh Esha* ( _Ali Topan Anak Jalanan_ ) Senin (17/5) pukul 07.23 WIB di RS Dr Suyoto, Bintaro.

 Pemakaman siang ini dengan protokol kesehatan. Mari kita panjatkan doa bersama mengiringi kepergiaannya… Semoga almarhum diterima di Sisi Sang Maha Pencipta.”

FOTO : Maspril Aries

Teguh Esha yang memiliki nama lengkap Teguh Slamet Hidayat Adrai lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 8 Mei 1947. Teguh Esha menjalani karirnya sebagai wartawan, sastrawan atau novelis dan penulis lagu. Teguh Esha pada era tahun 1970-an namanya identik dengan “Ali Topan” nama tokoh fiksi dalam novel yang sangat populer pada masanya : “Ali Topan Anak Jalanan” dan menjadi novel pertamanya yang dicetak tahun 1977.

 Novel “Ali Topan Anak Jalanan” hadir di pasar buku Indonesia, menyeruak diantara novel-novel populer yang hadir lebih dulu, seperti “Karmila” karya Marga T, “Cinta ku di Kampus Biru” dan “Kugapai Cintamu” karya Ashadi Siregar.

Pada masa itu novel populer dianggap sebagai sebuah fenomena budaya temporer yang bersifat seragam. Bercerita tentang kehidupan anak muda tahun 1970-an dan kampus. Novel-novel tersebut kemudian diadaptasi ke layar putih menjadi film Indonesia yang populer pada masa itu. Film tersebut “meledak” membuat bioskop dibanjiri penonton.

Foto : IG @golagong

Sukses dengan novel “Ali Topan Anak Jalanan” Teguh Esha pada 1978 meluncurkan novel berjudul “Ali Topan Detektif Partikelir.” “Ali Topan Anak Jalanan” diangkat ke layar putih dengan judul yang sama diperankan Junaedi Salat sebagai Ali Topan dan Yatie Octavia sebagai Anne Karenina.

Pada film kedua “Ali Topan Detektif Partikelir Turun ke Jalan” pemeran tokoh Ali Topan diganti oleh Widi Santoso. Film ini seperti cerita dalam novelnya berkisah tentang Ali Topan yang memberontak pada orang tuanya, memilih hidup di jalanan bersama teman-temannya. Ali Topan sempat menjadi wartawan, namun ia lebih memilih hidup bebas dan bertualang. Saat menjadi wartawan Ali Topan sempat terlibat kasus penculikan seorang bocah, maka jadilah menjadi seperti detektif partikelir.

Selain diadaptasi ke layar perak, novel “Ali Topan Anak Jalanan” juga diadaptasi ke layar kaca menjadi serial sinetron sepanjang 26 episode yang tayang pada 1996 dengan diperankan oleh Ari Sihasale dan Karina Suwandi.

Lihat Juga  Viral Anak Bos Bersih-bersih di Kantor Ayahnya Demi "Game"

Tokoh Ali Topan dalam novel Teguh Esha menjadi representasi anak muda pada zaman tahun 1970-an dan 1980-an menjadi imaji tentang sosok anak muda yang ideal masa itu dengan tampilan sebagai sosok anak muda tampan dengan rambut gondrong berjiwa pemberontak.

Menurut Korrie Layun Rampan dalam buku “Perjalanan Sastra Indonesia” (1983) novel “Ali Topan Anak Jalanan” digolongkan sebagai karya populer seperti novel “Karmila” karya Marga T dan “Cowok Komersil” karya Eddy D. Iskandar. Novel karya Teguh Esha ini dalam waktu yang relatif singkat terjual sekitar 60 ribu eksemplar. “Karya Teguh Esha ini berbentuk kritik sosial yang tajam.”

Dalam buku yang lain, “Suara Pancaran Cita” (1983), Korrie Layun Rampan menuliskan, tokoh Ali Topan merupakan prototipe remaja tahun 70-an. Tokoh ini ekspresif, brutal, jenius, bahkan kadang-kadang tampak superhuman atau superman. Bahasa yang digunakan pas, latar dan suasana juga tepat sesuai dengan dunia remaja sehingga membuat novel ini komunikatif dengan dunia anak muda pada masa itu.

Sebagai novelis Teguh Esha juga seorang wartawan yang sempat menjadi pemimpin redaksi majalah hiburan “Le Laki.” Teguh Esha juga menulis beberapa novel populer lainnya, yaitu “Dewi Beser” (1979), “Dari Januari sampai Desember” (1980), “Izinkan Kami Bercinta” (1981), “Anak Gedongan” (1981), “Dan Penembak Bintang” (1981).

Tahun 2007 Teguh Esha kembali menulis novel bersama Jenar Maulani berjudul “Alexandra & Ali Topan : Ku Selalu Ada” yang diterbitkan Republika Penerbit. Sebelumnya pada tahun 2000 novel “Ali Topan Detektif Partikelir” terbit oleh penerbit berbeda dengan judul “Ali Topan Wartawan Jalanan.”

Novel “Ali Topan Anak Jalanan” dan “Ali Topan Detektif Partikelir” amat disukai anak muda yang berambut gondrong pada tahun 1970-an karena menyajikan gaya penulisan dan gaya bahasa yang bebas, sesuai dengan gaya hidup anak metropolitan pada masanya. Novel “Ali Topan” tampil dengan menggunakan bahasa prokem, bahasa slang yang sangat populer dan digunakan anak muda kota metropolitan khususnya Jakarta.

Novel “Ali Topan” adalah genre sastra populer yang dekat dengan realitas zamannya. Novel yang ditulis Teguh Esha mampu merekam dengan hidup problematika kehidupan anak muda pada zamannya di era Orde Baru.

Mengutip Muhamad Adji dalam “Budaya Anak Muda Pada Sastra Populer” (2017), pengarang novel populer yang muncul sejak periode tahun 70-an adalah pengarang berusia muda sehingga mereka juga merupakan bagian dari kehidupan anak muda tersebut.

Lihat Juga  “Hujan Bulan Juni” Bulan Juli Sapardi Pergi

“Pilihan tema cerita yang dekat kehidupan anak muda, gaya bahasa yang ringan, serta dialog-dialog yang sering menggunakan idiom-idom yang digunakan anak muda tersebut, telah menjadikan novel populer berhasil merepresentasikan dunia anak muda pada setiap zamannya. Oleh karena itu, novel populer tidak dapat diabaikan dalam kaitannya dengan realitas sosial dan kesejarahan pada zamannya masing-masing, terutama yang berkaitan dengan problematika kehidupan anak muda,” tulis Muhamad Adji.

Novel “Ali Topan”  hadir dan mampu memenuhi ruang baca anak muda pada zamannya. Sebagai salah satu genre sastra, novel “Ali Topan”  memotret realitas sosial pada zamannya. Saat ini realitas sosial tersebut juga masih bisa ditemukan.

Pada era 1970-an, novel populer atau sastra populer tumbuh dan berkembang selaras dengan mulai tumbuhnya industri pers Indonesia. Sebagian besar novel-novel populer Indonesia sebelum terbit dalam format buku telah terbit lebih dulu sebagai cerita bersambung atau novelet dalam surat kabar dan majalah.

Pada masa itu, pers Indonesia (surat kabar, tabloid dan majalah) memberi ruang untuk sastra populer. “Ali Topan”  sebelum terbit sebagai novel sudah lebih dulu terbit sebagai cerita bersambung di Majalah Stop.

Selain dalam novel, karya Teguh Esha ini juga digubah menjadi lirik lagu yang diciptakan oleh Guruh Sukarno Putra dan dinyanyikan Chrisye dengan judul lagu “Anak Jalanan.” Pada April 2011, kisah Ali Topan ini juga digubah menjadi sebuah drama musikal di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki yang dilakukan oleh ArtSwara.

Teguh Esha juga menulis lagu seperti dalam album “Ali Topan Bicara” yang diproduksi tahun 1996 melibatkan seniman dan pengamen yang biasa mangkal di Pasar Kaget Blok M. Dalam album ini Teguh Esha menulis dan menciptkan sembilan lagu yang ada di dalam album kaset yang diproduksi Win Record dan Teguh Esha sebagai produser.

Salah satu lagu dalam album tersebut berjudul “Ali Topan Bicara.” Liriknya bercerita tentang sosok Ali Topan.

“Ali Topan bicara dengan kalbu yang terbuka
Ali Topan bicara dengan nurani orang percaya
Ali Topan bicara dengan gaya yang biasa
Ali Topan bicara dengan logika yang sebenarnya”

Hari ini, Teguh Esha telah berpulang ke Sang Maha Pencipta. Selamat jalan “Ali Topan Wartawan Jalanan,” sastrawan, novelis dan penulis lagu. ∎

Editor : MA

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button